Bisnis.com, JAKARTA – Rebalancing Indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) diharapkan menjadi salah satu momentum untuk mengerek aliran dana asing ke pasar modal Indonesia.
Kocok ulang indeks MSCI menopang kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini. Pada sesi pertama perdagangan hari ini, IHSG tumbuh 0,78% ke 7.548,72.
Meski demikian, sepanjang tahun ini angka net sell dana asing tercatat mencapai Rp61,34 triliun, data per Kamis (7/8/2025).
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama mengatakan dalam pekan ini sudah terlihat adanya pembelian saham oleh investor-investor asing di tengah momentum perombakan indeks MSCI.
"Sebenarnya kalau lihat dari dinamika MSCI, dari sebelum penetapan indeks MSCI untuk saham saham kita yang masuk terutama saham Prajogo Pangestu, itu kan sebenarnya terdorong oleh kinerja IHSG yang mulai mengalami kondisi net foreign buy secara daily selama minggu ini," kata Nafan kepada Bisnis, Jumat (8/8/2025).
Nafan mengatakan, selama sentimen pasar positif, tren pembelian saham oleh investor asing ini dapat tetap berlanjut. Apalagi, fundamental makro ekonomi Indonesia masih solid dengan capaian tumbuh 5,12% pada kuartal II/2025 kemarin.
Baca Juga
"Buktinya pertumbuhan ekonomi kita di atas konsensus, di atas ekspektasi. Dan secara kuartalan kita sudah terhindar dari resesi teknikal," tegasnya.
Bersamaan dengan sentimen bagus ini, beberapa saham anggota baru indeks MSCI juga ikut tertiup angin. Misalnya saham-saham Prajogo Pangestu, PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk. (CUAN) dan PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang dalam sesi pertama perdagangan hari ini melesat masing-masing 9,93% dan 11,63%. Termasuk emiten dari Sinar Mas Group, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) yang dalam sesi pertama perdagangan hari ini melesat 17,06%.
Dalam hal ini, Nafan meminta investor berhati-hati karena lonjakan tersebut biasanya hanya terjadi dalam jangka pendek.
"Euforianya hanya berlaku jangka pendek. Hati-hati. Bisa jadi aksi taking profit terjadi. Ini saja buktinya IHSG sudah di bawah 1% penguatannya, dari sebelumnya bisa di atas 2%. Jadi aksi profit taking terjadi. Ini perlu kita cermati," tegasnya.
Nafan melanjutkan, aral melintang seretnya dana asing masuk ke pasar modal Indonesia berkaitan dengan faktor dinamika kondisi perekonomian. Dari eksternal, ada dampak dari eskalasi perang dagang dan konflik geopolitik yang memanas. Dalam situasi ini menurutnya investor akan cenderung lebih konservatif memarkir investasinya pada aset-aset yang cenderung memberikan pengembalian lebih pasti.
"Ketika perdagangan global dan domestik terus kondusif, ya tentunya investasi di pasar modal bisa jadi pilihan utama," pungkasnya.