Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menetap di bawah US$70 per barel pada akhir perdagangan Kamis (23/6/2023) waktu New York, sehingga menghapus semua keuntungan pada minggu ini. Pelemahan harga minyak dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap suku bunga yang tetap tinggi.
Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok lebih dari 4 persen ke level US$69,51 per barel pada penutupan Kamis. Ini merupakan penutupan terendah dalam seminggu karena sentimen risk-off di pasar yang lebih luas membayangi data yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS.
Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 4 juta barel pekan lalu, data pemerintah menunjukkan, tetapi itu masih belum cukup untuk mengatasi suasana negatif.
Komentar Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada Rabu menegaskan kenaikan suku bunga lebih lanjut kemungkinan diperlukan untuk memadamkan inflasi diikuti oleh kenaikan suku bunga pada Kamis di Inggris dan Norwegia.
Pengetatan global meningkatkan kekhawatiran investor bahwa upaya untuk memperlambat inflasi dapat mengakibatkan perlambatan ekonomi karena konsumen menarik kembali pengeluaran di lingkungan tingkat suku bunga yang tinggi.
“Kemiringan hawkish bank sentral, bersama dengan melemahnya permintaan China dan kekhawatiran ekonomi AS, telah membuat pedagang yang didorong oleh tren dan momentum untuk memotong investasi jangka panjang,” kata Bart Melek, kepala strategi komoditas global TD Securities, mengutip Bloomberg, Jumat (23/6/2023).
Baca Juga
Runtuhnya harga juga meluas ke rentang waktu pada investasi komoditas minyak. Penyebaran cepat (spread) minyak mentah Brent merosot ke level terlemah sejak akhir Mei 2023, menandakan pasokan yang kuat dalam jangka pendek.
Harga minyak sebagian besar tidak bergerak liar sejak awal Mei karena tekanan dari suku bunga yang lebih tinggi dan pasokan yang kuat bersaing dengan upaya OPEC+ untuk mendukung minyak mentah.
Menurut Badan Energi Internasional, pelaku pasar sekarang sangat fokus pada prospek paruh kedua tahun ini, yang bisa ketat bahkan dengan pertumbuhan China yang lamban.
“Kenegatifan saat ini mungkin sangat didasarkan pada ketakutan akan skenario terburuk, daripada kemungkinan fakta di lapangan untuk neraca tahun ini,” kata Melek.
TD Securities masih menargetkan minyak mentah berjangka AS mendekati US$90 per barel di bagian akhir tahun ini.