Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ditutup melemah ke level Rp15.004 pada perdagangan Selasa (20/6/2023) jelang pidato Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed Jerome Powell.
Mengutip data Bloomberg pukul 15.10 WIB, rupiah ditutup terkoreksi 0,07 persen ke Rp15.004 per dolar AS. Adapun, indeks dolar AS terkoreksi 0,17 persen ke level 102,35.
Sementara itu, mata uang lain di kawasan Asia yang ditutup terkoreksi di antaranya dolar Taiwan turun 0,28 persen, rupee India turun 0,13 persen, yuan China turun 0,13 persen, ringgit Malaysia turun 0,14 persen, dan dolar Hong Kong turun 0,06 persen.
Adapun mata uang kawasan Asia yang menguat adalah peso Filipina naik 0,34 persen, baht Thailand naik 0,18 persen, yen Jepang naik 0,16 persen, dan won Korea Selatan naik 0,12 persen.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan penguatan dolar AS terhadap beberapa mata uang kawasan Asia terjadi seiring penurunan suku bunga oleh bank sentral China yang gagal meredakan kekhawatiran investor akan perlambatan pertumbuhan perekonomian.
Bank sentral China memangkas suku bunga acuan pinjaman sebesar 10 basis poin pada Selasa (20/6/2023). Langkah ini dilakukan demi menopang pemulihan perekomian yang melambat.
“Namun, ukuran penurunan suku bunga ini mengecewakan beberapa orang yang khawatir bahwa tidak akan cukup untuk menopang kepercayaan, dengan sektor properti China yang sangat terpukul dengan para pedagang mencari paket stimulus yang lebih luas dari otoritas China,” ujar Ibrahim dalam riset, Selasa (20/6/2023).
Lebih lanjut, dia mengatakan pelaku pasar sedang mengantisipasi pernyataan yang akan diucapkan oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell di depan Kongres AS. Pelaku pasar mengamati pernyataan Powell mengenai isyarat tentang kebijakan moneter AS.
Dari dalam negeri, Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 menjadi pembicaraan di kalangan politisi maupun ekonom. Namun, dia menyebut sebagian besar bakal calon presiden bukanlah orang yang mengerti ekonomi.
Lantas para bakal capres tersebut membutuhkan bakal calon wakil presiden yang mengerti perekonomian. Hal ini agar pasangan capres dan cawapres dapat berkolaborasi memajukan perekonomian dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
“Tantangan pemimpin baru, baik presiden dan wakil presiden juga tidak akan mudah karena bakal menghadapi ketidakpastian global,” jelas Ibrahim.
Selain itu, dia menyebut masih ada ancaman terhadap komoditas Indonesia dari negara-negara lain seperti Uni Eropa hingga fenomena ancaman el nino. Pasangan yang pro pada ekonomi dinilai harus peka terhadap pertumbuhan ekonomi. Kepekaan ini termasuk mempertahankan pekerjaan dan kesuksesan pemerintahan Presiden Joko Widodo dan bukannya melakukan perubahan.
Ibrahim memproyeksikan rupiah akan dibuka berfluktuatif untuk perdagangan besok. Namun, ditutup melemah pada rentang Rp14.080- Rp15.060.