Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Hari Ini Dibuka Melemah dekati Rp15.000, Dolar AS Rebound setelah Sabda The Fed

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,24 persen atau 36,5 poin ke level Rp14.943 di hadapan dolar AS setelah keputusan The Fed menahan suku bunga.
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,24 persen atau 36,5 poin ke level Rp14.943 di hadapan dolar AS setelah keputusan The Fed menahan suku bunga. /Bank Indonesia
Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,24 persen atau 36,5 poin ke level Rp14.943 di hadapan dolar AS setelah keputusan The Fed menahan suku bunga. /Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka melemah ke level Rp14.943 pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (15/6/2023) bersama mayoritas mata uang Asia lainnya, setelah The Fed memutuskan menahan suku bunga. 

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,24 persen atau 36,5 poin ke level Rp14.943 di hadapan dolar AS. Sementara itu indeks dolar bergerak menguat 0,33 persen ke posisi 102.865. 

Mayoritas mata uang Asia juga bergerak melemah bersama dengan rupiah, yen Jepang melemah 0,64 persen, dolar Singapura melemah 0,24 persen, dolar Taiwan melemah 0,27 persen, won Korea anjlok 0,55 persen, peso Filipina melemah 0,26 persen, yuan China turun 0,24 persen, ringgit Malaysia melemah 0,27 persen serta bath Thailand melemah 0,49 persen. 

Hanya rupee India dan dolar Hong Kong yang menguat masing-masinbg 0,33 persen dan 0,05 persen. 

Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp14.890- Rp14.960 pada perdagangan hari ini. 

Data inflasi AS yang lemah sebagian besar memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve akan memutuskan untuk mempertahankan suku bunga tidak berubah di kemudian hari ketika menyimpulkan pengaturan kebijakan dua hari. 

“Indeks harga konsumen AS naik hanya 0,1 persen bulan lalu, peningkatan tahun ke tahun sebesar 4,0 persen, kenaikan terkecil sejak Maret 2021,” katanya dalam riset harian. 

Bank sentral China memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam 10 bulan, pada hari Selasa, menghasilkan spekulasi bahwa lebih banyak stimulus sedang dalam perjalanan karena Beijing berupaya mendukung pemulihan ekonomi pasca-COVID yang tersendat-sendat di negara itu. Di Inggris raya, data ekonomi yang dirilis hari Rabu menunjukkan bahwa produk domestik bruto Inggris tumbuh sebesar 0,2 persen dari bulan ke bulan di bulan April, seperti yang diharapkan, tetapi sektor manufaktur dan konstruksi mengalami kontraksi. 

Namun, pertumbuhan upah yang kuat pada hari Selasa, mendorong kemungkinan berlanjutnya pengetatan oleh Bank of England minggu depan. Menurutnya perekonomian Indonesia saat ini terus positif, hal tersebut bisa terlihat dari data ekonomi yang cukup bagus, baik data PMI Indonesia, Neraca perdagangan, neraca pembayaran, cadangan devisa dan lain-lainnya. 

Membaiknya perekonomian indonesia akan terhambat oleh laju perlambatan ekonomi China sebagai mitra bisnis utamanya. Namun, perlambatan ekonomi China dikhawatirkan pasar dapat berdampak pada pelemahan kinerja ekspor Indonesia mengingat Negeri Tirai Bambu merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. 

Namun demikian, ekspor Indonesia tidak banyak dari manufaktur sehingga komoditas ekspor yang di ekspor yang terkait komoditas masih dibutuhkan China untuk menopang pemulihan. Dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di China maka pemerintah dan Bank Indonesia harus tetap waspada dan terus menerapkan strategi bauran ekonomi guna untuk memperkuat pondasi perekonomian Indonesia. 

Dan sebagai penguatnya adalah Undang-undang Omnibus Low Cipta Kerja. Dengan melihat pelemahan mata uang rupiah maka bank Indonesia terus melakukan intervensi di perdagangan valuta asing dan obligasi dalam bentuk rupiah di pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

The Fed dini hari WIB mengumumkan menahan suku bunga acuan 5,00 persen-5,25 persen di akhir FOMC Juni, sejalan dengan ekspektasi pasar. Hal itu membuat dolar AS melemah.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,07 persen menjadi 103,2667 pada akhir perdagangan, setelah mencapai posisi terendah empat minggu di awal sesi.

"Mempertahankan kisaran target stabil pada pertemuan ini memungkinkan komite untuk menilai informasi tambahan dan implikasinya terhadap kebijakan moneter," kata Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dalam sebuah pernyataan, mengutip Antara.

The Fed juga memproyeksikan ekonomi tumbuh 1,0 persen tahun ini, lebih tinggi dari perkiraan 0,4 persen pada Maret. Perkiraan pertumbuhan PDB untuk tahun 2024 diturunkan sebesar 0,1 poin persentase menjadi 1,1 persen.

Dalam komentar pembukaan pada konferensi persnya, Ketua Fed Powell mengatakan bahwa hampir semua pembuat kebijakan berharap akan tepat untuk menaikkan suku bunga lebih jauh hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper