Bisnis.com, JAKARTA – Dari sejumlah emiten yang terafiliasi di dalam Grup Djarum, PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) menjadi magnet yang paling kuat menarik aliran dana asing.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta menilai kinerja fundamental perusahaan yang solid dan sahamnya yang likuid menjadi alasan BBCA menjadi tulang punggung Grup Djarum menarik aliran dana asing.
"Wajar saja, karena market cap-nya besar. Kinerja fundamental juga termasuk yang paling solid dibanding bank lainnya, termasuk bank BUMN," kata Nafan kepada Bisnis, Rabu (13/8/2025).
Dalam semester I/2025, laba bersih yang dibukukan BBCA mencapai Rp29 triliun, tumbuh 8% secara tahunan atau year on year (YoY). Sementara, pendapatan operasional naik 7,8% YoY menjadi Rp56,2 triliun.
Emiten Grup Djarum lainnya, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) hanya mencatat pertumbuhan laba bersih 2,93% YoY menjadi 1,65 triliun. Bahkan, PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI), PT Supra Boga Lestari Tbk. (RANC) dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) masing-masing menanggung rugi bersih sebesar Rp1,25 triliun, Rp35,89 miliar dan Rp32,34 miliar.
Sisanya, emiten pengelola rumah sakit PT Medikaloka Hermina Tbk. (HEAL) mengalami koreksi laba bersih 34,48% YoY menjadi Rp224,84 miliar.
Baca Juga
"Ini kalau saya simpulkan, hanya BCA yang mengalami perkembangan kinerja fundamental yang paling impresif dibanding kinerja emiten-emiten Grup Djarum lainnya. Tapi ya tetap saja, investor itu sebenarnya lebih mencermati saham-saham yang likuid. BCA termasuk yang paling likuid jika dibandingkan emiten Grup Djarum lainnya. Jadi investor fokus ke saham tersebut," tegasnya.
Dalam penutupan perdagangan hari ini, Rabu (13/8/2025), BBCA ditutup menguat 0,85% ke posisi Rp8.925 per saham dengan market cap sebesar Rp1.100,23 triliun. Sedangkan, TOWR ditutup menguat 0,78% ke posisi Rp645 dengan market cap sebesar Rp38,12 triliun.
Sisanya, RANC ditutup melemah 1,94% ke posisi Rp404 per saham dengan market cap Rp632 miliar, BELI tidak berubah dari posisinya di Rp380 per saham dengan market cap mencapai Rp50,86 triliun.
HEAL juga tidak beranjak dari posisi Rp1.650 per saham dengan market cap sebesar Rp25,35 triliun, sedangkan SSIA mengalami kontraksi 1,22% ke posisi Rp2.420 per saham dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp11,38 triliun.
"Kalau sahamnya tidak begitu likuid, pasti investor asing cenderung wait and see. Tapi jika sahamnya likuid, itu bisa menjadi pilihan pelaku investor untuk mengakumulasi saham-saham Grup Djarum," tegasnya.
Ihwal peluang investor asing memburu saham-saham emiten Grup Djarum selain BBCA, Nafan bilang hal itu tergantung bagaimana perusahaan meningkatkan kepercayaan investor dengan menunjukkan performa fundamental yang solid.
"Untuk saham-saham Grup Djarum lainnya, demi meningkatkan kinerja fundamental harus selalu fokus menerapkan good governance. Sehingga nantinya kepercayaan dari investor semakin meningkat terhadap emiten-emiten Grup Djarum," pungkasnya.
_______
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.