Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka menguat ke posisi Rp14.850 pada akhir pekan, Jumat (9/6/2023). Sementara itu, indeks dolar AS juga bergerak naik 0,05 persen ke posisi 103.368.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka perkasa 0,30 persen atau naik 45 poin ke posisi Rp14.850 per dolar AS. Rupiah dibuka menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya di hadapan dolar AS.
Bath Thailand terpantau menguat 0,03 persen, ringgit Malaysia menguat 0,21 persen, peso Filipina menguat 0,27 persen, won Korea naik 0,63 persen, dolar Taiwan unggul 0,05 persen, dan dolar Hong Hong naik 0,02 persen.
Sementara itu, mata uang yang melemah adalah yen Jepang 0,23 persen dan dolar Singapura turun 0,04 persen.
Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjang Ibrahim Assuaibi menyebutkan pada perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.870- Rp14.950.
“Imbal hasil Treasury turun karena para pedagang mempertimbangkan kemungkinan kenaikan suku bunga lain oleh Departemen Keuangan AS Federal Reserve, bahkan jika berhenti minggu depan," katanya dalam riset harian, Kamis (8/6/2023).
Baca Juga
Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan menghentikan siklus kenaikan suku bunga selama setahun pada pekan depan, dan ekspektasi berkembang bahwa ini bisa jadi hanya sementara dan kenaikan suku bunga lainnya mungkin terjadi tahun ini, yang selanjutnya diperkirakan pada Juli.
The Fed akan melihat harga konsumen terbaru sebelum membuat keputusan tentang suku bunga, dan setiap kenaikan dari angka tahunan 4,9 persen pada Mei kemungkinan akan memperkuat kenaikan lainnya. Selain itu, pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa pada hari Rabu mencapai nada hawkish dan memberikan panduan bahwa akan ada lebih banyak kenaikan suku bunga, dengan suku bunga kemungkinan akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.
Dari sisi internal, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tingkat di bawah 5 persen untuk 2023. Dalam laporan terbarunya, OECD memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 hanya berada di level 4,7 persen.
Adapun, OECD memperkirakan ekonomi RI akan tumbuh sebesar 5,1 persen pada 2024. Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan didukung oleh bisnis dan kepercayaan konsumen yang solid serta pulihnya sektor pariwisata sepanjang tahun ini. Ramalan OECD berada di bawah target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan pemerintah, yaitu 5,3 persen.
"Namun, pemerintah masih optimistis target ekonomi Indonesia bisa tumbuh di kisaran 5,3 persen sampai 5,7 persen pada tahun 2024 dan bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7 persen sampai 5,5 persen pada 2024," imbuh Ibrahim.
Penurunan target pertumbuhan ekonomi untuk 2024 mengindikasikan bahwa risiko ke depan masih terus meningkat. Hal ini juga sejalan dengan proyeksi beberapa lembaga internasional yang memperkirakan ekonomi akan melemah pada semester kedua 2023 dan berlanjut pada 2024.