Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Rampung, Harita Nickel (NCKL) Mulai Ekspor Nikel Sulfat Bulan Ini

Harita Nickel atau PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) telah merampungkan dan meresmikan operasional pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia.
trimegah bangun persada, harita nickel, nckl
trimegah bangun persada, harita nickel, nckl

Bisnis.com, JAKARTA - Harita Nickel atau PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) telah merampungkan dan meresmikan operasional pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia dan akan memulai ekspornya bulan ini. 

Direktur Utama NCKL Roy Arman Arfandi mengatakan saat ini pabrik nikel sulfat tersebut sudah melakukan produksi dan sudah berjalan dengan baik. 

"Kami akan melakukan ekspor perdana di Juni dengan tujuan ke China dan kapasitas kami sudah bisa memfasilitasi seluruh produksi MHP kami menjadi nikel sulfat," katanya dalam webinar bersama Samuel Sekuritas Indonesia, Rabu (7/6/2023). 

Roy mengatakan pabrik tersebut sudah bisa beroperasi dengan kapasitas penuh mulai Juni-Juli tahun ini, sehingga ke depan kemungkinan akan ada margin tambahan untuk NCKL. 

Pabrik yang dibangun di Pulau Obi ini digadang-gadang akan menjadi pabrik nikel sulfat pertama di Indonesia sekaligus menjadi yang terbesar di dunia. NCKL akan terus melakukan penyempurnaan dan meningkatkan kapasitasnya hingga mencapai 240.000 metrik ton/tahun dengan kandungan nikel metal 54.000 ton/tahun. 

Terkait dengan proyek ini, saham NCKL juga bergerak di zona hijau, naik 2,29 persen atau 20 poin keRp895 pada akhir perdagangan Rabu (7/6/2023). 

Analis Samuel Sekuritas Indonesia William Mamudi mengatakan secara teknikal, harga saham NCKL sudah bottoming, dengan harganya sudah mencapai level Rp745 pada Selasa (6/6/2023). 

"Ada breakout dari downtrend line selama beberapa hari terakhir, kita melihat ada pergerakan tipis karena kita baru saja breakout. NCKL bisa kembali reli meskipun agak pelan dan masih uji-uji level support, paling tidak ke Rp1.100, sebelum menuju ke Rp1.475," ujarnya. 

Dengan harga NCKL saat ini, masih cukup jauh untuk mencapai resisten selanjutnya, sehingga masih ada ruang kenaikan. Namun, risiko yang dihadapi di antaranya apabila masih ada tekanan lebih dalam pada IHSG lebih jauh ke 6.500. 

"Tapi risiko penurunannya lebih kecil daripada potensi upsidenya," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper