Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirundung Isu Penundaan Bayar Utang, Saham Wijaya Karya (WIKA) Mampu Rebound

saham Wijaya Karya (WIKA) rebound dan melesat hingga 7,10 persen hari ini, meski emiten pelat merah tersebut sedang dirundung isu penundaan pembayaran utang.
Karyawati beraktivitas di depan logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) di Jakarta, Senin (11/7/2022). Bisnis/Abdurachman
Karyawati beraktivitas di depan logo PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) di Jakarta, Senin (11/7/2022). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) mampu rebound dan melesat hingga 7,10 persen pada perdagangan hari ini (5/6/2023) meski emiten pelat merah tersebut sedang dirundung isu tak sedap soal penundaan pembayaran utang atas fasilitas pokok dan bunga kepada perbankan.

Pada sesi I perdagangan hari ini, Senin (5/6/2023) pukul 10.05 WIB, saham WIKA terpantau menguat 7,10 persen atau naik 26 poin ke level Rp392. Padahal pada perdagangan terakhir pekan lalu (31/5/2003), saham WIKA parkir di zona merah dengan ambles 6,63 persen ke level Rp366. Hari ini, saham WIKA diperdagangkan sebanyak 19,91 juta saham dengan nilai transaksi mencapai Rp7,60 miliar.

Adapun kapitalisasi pasar WIKA mencapai Rp3,52 triliun hingga artikel ini ditulis. Kemudian price earning ratio (PER) berada di posisi -1,68 kali, sedangkan price to book value (PBV) berada di posisi 0,21 kali.

Sebagaimana diketahui, emiten BUMN Karya ini tengah berjuang untuk lepas dari utang yang menjerat. Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret, WIKA tercatat memiliki sejumlah pinjaman jangka pendek kepada para pihak berelasi. Dari level WIKA sebagai induk utang tersebut tercatat mencapai Rp5,77 triliun.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) menjadi pemberi pinjaman paling besar dengan nilai hingga Rp3,87 triliun. Berikutnya adalah PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) sebesar Rp734 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) senilai Rp500 miliar.

Selanjutnya terdapat pinjaman dari PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) senilai Rp258 miliar, dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) senilai Rp155 miliar.

Kemudian pada level entitas anak, WIKA tercatat memiliki utang kepada pihak berelasi dengan total nilai yang mencapai Rp1,15 triliun. Secara rinci, BSI memberikan pinjaman Rp480 miliar, dan Bank Mandiri sebesar Rp315,56 miliar.

Berikutnya WIKA tercatat memiliki pinjaman jangka pendek dari BNI senilai Rp219 miliar, BTN senilai Rp117,47 miliar, dan BRI senilai Rp22,83 miliar. 

Jika utang entitas induk dengan entitas anak WIKA digabungkan, maka pinjaman jangka pendek WIKA kepada Himbara mencapai Rp6,93 triliun.

Corporate Secretary WIKA Mahendra Vijaya mengatakan emiten konstruksi plat merah tersebut sedang mengajukan standstill atas fasilitas pokok dan bunga kepada perbankan. 

Tujuannya dari pengajuan standstill tersebut agar WIKA dapat memperbaiki struktur keuangan jangka panjang akibat adanya pinjaman yang belum memberikan imbal hasil.  Selain itu, pengajuan standstill hanya terjadi pada level induk WIKA dan tidak berlaku bagu anak usaha.

Lebih lanjut, dia mengatakan adanya pengajuan standstill dapat membuat WIKA fokus kepada core business sebagai kontraktor EPC (Engineering-Procurement-Construction).

“Adanya pinjaman untuk pendanaan pada investasi jangka panjang yang saat ini belum dapat memberikan return bagi perusahaan, sehingga beban atas pendanaan tersebut menurunkan laba bersih WIKA,” ujar Mahendra kepada Bisnis, Rabu (17/5/2023).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper