Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Maxi Sweet Potatoes (MAXI) Mau IPO, Cek Dulu Kinerjanya

Maxindo Karya Anugerah tercatat mengantongi penjualan sebesar Rp19,09 miliar pada kuartal I/2023.
Produsen makanan ringan Maxi Sweet Potatoes PT Maxindo Karya Anugerah Tbk. (MAXI) menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham/Istimewa.
Produsen makanan ringan Maxi Sweet Potatoes PT Maxindo Karya Anugerah Tbk. (MAXI) menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham/Istimewa.

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen makanan ringan Maxi Sweet Potatoes PT Maxindo Karya Anugerah Tbk. (MAXI) menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham dengan target dana segar hingga Rp110 miliar.

MAXI akan menerbitkan 1 miliar saham biasa atas nama, atau maksimal 10,41 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan setelah IPO. Nilai nominal saham adalah Rp10 per saham. 

Berdasarkan prospektus, saham yang diterbitkan MAXI terdiri atas dua jenis. Sebanyak 450 juta saham merupakan saham baru, dan sisanya 550 juta saham merupakan saham divestasi. Seluruh saham tersebut ditawarkan kepada masyarakat dengan rentang harga penawaran Rp100—Rp110 per saham. Alhasil perseroan berpotensi mengantongi dana IPO maksimal Rp110 miliar.

MAXI berencana menggunakan seluruh dana yang diperoleh dari IPO untuk modal kerja. Adapun modal kerja yang dimaksud berkaitan dengan pembayaran untuk pembelian bahan baku baik bahan baku langsung maupun bahan baku pembantu, upah tenaga kerja, biaya penjualan dan pemasaran, biaya perawatan dan utilitas serta biaya untuk keperluan kantor.

Maxindo Karya Anugerah tercatat mengantongi penjualan sebesar Rp19,09 miliar pada kuartal I/2023. Capaian itu mencerminkan penurunan sebesar 30,74 persen dibandingkan dengan kuartal I/2022 yang mencapai Rp27,57 miliar.

Jika dirunut ke belakang, total penjualan selama Januari—Oktober 2022 yang berjumlah Rp91,62 miliar juga lebih rendah 29,04 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yang mencapai Rp129,11 miliar. Meski demikian, penjualan sepanjang 2021 tercatat naik 29,20 persen year-on-year (YoY) dari Rp115,59 pada 2020 menjadi Rp149,34 miliar pada tahun berikutnya.

Manajemen MAXI menjelaskan bahwa penurunan pendapatan per Oktober 2022 dipicu oleh terganggunya sistem logistik global. Hal ini membuat MAXI kesulitan memperoleh space atau ruang maupun kontainer, mengingat bahwa seluruh penjualan menyasar pasar ekspor.

Turunnya pendapatan di kuartal I/2023 diikuti dengan membengkaknya kerugian bersih yang dibukukan MAXI. Selama Januari—Maret 2023, rugi bersih tahun berjalan perusahaan mencapai Rp1,92 miliar, naik daripada kuartal I/2022 yang hanya Rp671,06 juta.

Sementara itu, laba tahun berjalan pada Januari—Oktober 2022 tercatat sebesar Rp516,20 juta atau turun daripada periode yang sama pada 2021 Rp10,91 miliar.

“Menurunnya penjualan untuk periode tersebut menyebabkan penurunan laba kotor dan laba bersih untuk periode berjalan,” tulis manajemen MAXI.

MAXI bergerak di bidang makanan ringan berbahan dasar umbi-umbian tropis untuk tujuan ekspor seperti Amerika, Eropa, Australia dan China. Produk MAXI pertama kali hadir di Indonesia pada 1977, dimulai sebagai perusahaan bisnis rumahan di Bogor.

Bisnis MAXI sejak didirikan berfokus kepada produksi makanan ringan dengan kualitas premium berbahan dasar umbi-umbian seperti talas, ubi merah, dan ubi ungu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper