Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manuver Emiten Sri Prakash Lohia (INDR) Terjun ke Tambang Emas

Indo-Rama Synthetics (INDR) mengakuisisi PT Cikondang Kancana Prima untuk masuk ke bisnis tambang emas di Cianjur, Jawa Barat.
Sri Prakash Lohia, pendiri Indorama.
Sri Prakash Lohia, pendiri Indorama.

Bisnis.com, JAKARTA — Hijrah dari India, Sri Prakash Lohia mendirikan PT Indo-Rama Synthetics pada 1975. Lima puluh tahun berselang, INDR tengah getol mempersiapkan operasional bisnis pertambangan emas. 

Pundi-pundi kekayaan Sri Prakash Lohia didapuk Forbes sebagai orang ke-6 terkaya di Indonesia itu berawal dari lini bisnis tekstil. Bersama sang ayah, Sri Prakash Lohia merintis usaha pabrik pemintalan benang di Purwakarta, Jawa Barat, pada 1976. 

Indorama melanjutkan ekspansi dengan memulai produksi sarung tangan sekali pakai pada 1989, pabrik polyester fiber pada 1991, dan pabrik PET di Indonesia pada 1995. Di Indonesia, Indorama Corporation membawahi dua perusahaan, yaitu PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR) dan PT Medisafe Technologies.

Tak hanya menggeluti bidang tekstil dan produk turunan petrokimia, INDR tengah merambah lini bisnis baru. Diversifikasi bisnis emiten milik Sri Prakash Lohia itu mengarah ke sektor pertambangan mineral logam. 

Lini bisnis tambang emas INDR dijalankan oleh anak perusahaannya, PT Cikondang Kancana Prima. Perusahaan itu diakuisisi oleh INDR pada 2021, tetapi belum beroperasi hingga medio 2025 ini. 

“Nilai akuisisinya sekitar US$12,78 juta atau Rp180,1 miliar pada 2021,” ujar Presiden Direktur PT Indo-Rama Synthetics Tbk. (INDR) Vishnu Swaroop Baldwa ketika berbincang dengan Bisnis, belum lama ini. 

Vishnu menjelaskan langkah INDR terjun ke bisnis pertambangan emas merupakan upaya perseroan menangkap peluang usaha yang menjanjikan. Apalagi, emas merupakan komoditas logam mulia dan safe haven. 

“Rencananya pembangunan tambang akan selesai akhir 2026,” imbuhnya.

Sebagai perusahaan yang masuk ke lini bisnis baru, kata Vishnu, INDR terus mempelajari proses bisnis pertambangan, aspek teknis pertambangan dan perizinannya, pemberdayaan masyakarat sekitar tambang, hingga aspek-aspek teknis lainnya yang terkait dengan proses operasional tambang PT Cikondang Kancana Prima. Proses tersebut dinilai memakan waktu yang panjang.

Sebagai gambaran, PT Cikondang Kancana Prima memiliki izin usaha pertambangan untuk menambang dan mengolah emas dan mineral lainnya di Cianjur, Jawa Barat. Berdasarkan Izin Usaha Pertambangan No. 503/Tmb.839/DPSDA.P., PT Cikondang Kancana Prima memiliki izin untuk menambang seluas 2.410 hektare di lokasi tersebut.

Total cadangan emas terbukti di daerah tersebut adalah 150.000 ons. Saat ini, INDR sedang mengembangkan tambang dan pabrik pengolahan untuk memproduksi 20.000 ons emas per tahun. Dengan sumber daya terbukti saat ini dan estimasi produksi tahunan, INDR berharap dapat menghasilkan pendapatan dari usaha pertambangan emas selama 7-8 tahun sejak operasi tambang PT Cikondang Kancana Prima dimulai. 

Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2025, INDR mencatat kepemilikan saham sebesar 80% di PT Cikondang Kancana Prima. Adapun, total aset sebelum eliminasi PT Cikondang Kancana Prima mencapai US$18,88 juta. 

Di sisi kinerja keuangan, Indorama membukukan penurunan pendapatan pada semester I/2025. Pendapatan INDR tercatat sebesar US$366,63 juta atau lebih rendah 11,55% dari US$414,52 juta pada paruh pertama 2024. 

Secara geografis, pendapatan Indo-Rama Synthetics bersumber dari pasar Indonesia US$154,59 juta, Asia lainnya US$143,03 juta, Amerika Utara US$25,98 juta, Eropa US$9,66 juta, Amerika Selatan US$13,54 juta, dan negara lainnya US$19,82 juta. 

Pada saat yang sama, INDR mencatat rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$9,6 juta atau turun tipis dari rugi bersih US$9,67 juta pada semester I/2024. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ana Noviani
Editor : Ana Noviani
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro