Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang rupiah dibuka melemah di posisi Rp14.797 di hadapan dolar AS pada hari ini, Senin (15/5/2023), sementara itu indeks dolar terpantau melemah 0,04 persen ke posisi 102.465.
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka melemah 0,32 persen atau turun 46,5 poin ke posisi Rp14.797 per dolar AS. Rupiah dibuka melemah bersama mayoritas maya uang Asia lainnya.
Yen Jepang melemah 0,10 persen, dolar Hong Kong melemah 0,04 persen, dolar Taiwan melemah 0,14 persen, won Korea melemah 0,35 persen, peso Filipina melemah 0,23 persen, rupee India melemah 0,09 persen, yuan China melemah 0,01 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,31 persen.
Sementara itu, mata uang yang terpantau menguat terhadap dolar AS yaitu dolar Singapura dan bath Thailand masing-masing sebesar 0,05 persen dan 0,62 persen.
Sebelumnya Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah akan dibuka fluktuatif pada perdagangan Senin (15/5/2023), tetapi ditutup melemah di rentang Rp14.730 sampai dengan Rp14.800 per dolar AS.
Ibrahim mengatakan pergerakan dolar AS dipengaruhi oleh data perdagangan dan inflasi China serta klaim pengangguran dan inflasi AS.
Baca Juga
Data perdagangan dan inflasi China yang mengecewakan menunjukkan pemulihan ekonomi yang melambat di ekonomi terbesar di Asia itu. Data tersebut meningkatkan ekspektasi pelonggaran kebijakan lebih lanjut oleh Beijing.
Sementara itu, lonjakan klaim pengangguran AS yang mengejutkan menunjukkan beberapa pendinginan di pasar tenaga kerja. Di sisi lain, inflasi yang kaku untuk April mendorong ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama tahun ini. Inflasi harga konsumen dan produsen AS sedikit menurun pada bulan April, tetapi tetap jauh di atas kisaran target Fed. Harga Fed Fund berjangka juga menunjukkan bahwa pasar menurunkan ekspektasi untuk setiap pemotongan suku bunga oleh bank sentral tahun ini.
“Tren seperti itu menandakan lebih banyak dukungan untuk dolar, dan kemungkinan akan menekan mata uang Asia karena jarak antara utang berisiko dan berisiko rendah tetap sempit. Sebagian besar bank sentral Asia telah menghentikan siklus kenaikan suku bunga mereka tahun ini, memberikan sedikit dukungan terhadap mata uang regional,” kata Ibrahim, dikutip Senin (15/5/2023).
Meski demikian, industri manufaktur nasional masih menunjukkan performanya sebagai penggerak utama perekonomian nasional. Pada 2022, sektor industri manufaktur tumbuh positif sebesar 5,01 persen dan memberikan kontribusi tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya, yakni sebesar 16,48 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 5,31 persen.
Tren positif tersebut berlanjut pada 2023. Per kuartal I/2023, industri manufaktur tercatat tumbuh positif sebesar 4,67 persen dan masih menjadi kontributor tertinggi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, yaitu sebesar 16,77 persen.