Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modal Asing Deras Masuk ke Obligasi Malaysia, Ringgit Makin Perkasa

Ringgit Malaysia melaju ke level tertingginya dalam sembilan bulan di hadapan dolar AS ditopang oleh foreign capital inflow ke obligasi dan pelemahan greenback.
Seorang kasir menghitung uang ringgit di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (16/5/2025). Bloomberg/Samsul Said
Seorang kasir menghitung uang ringgit di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (16/5/2025). Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang ringgit Malaysia melaju hingga ke level tertingginya dalam sembilan bulan di hadapan dolar AS. Penguatan ringgit ditopang oleh aliran masuk modal asing (foreign capital inflow) ke instrumen obligasi dan pelemahan greenback.

Berdasarkan data Bloomberg, ringgit menguat hingga 0,7% ke level 4.1805 ringgit per dolar AS atau level tertingginya sejak Oktober 2024. Penguatan ringgit terjadi dalam beberapa pekan terakhir saat tanda-tanda perang dagang global mulai mereda. Dengan demikian, muncul optimisme di negara yang sangat bergantung kepada ekspor tersebut.

Pada saat bersamaan, modal asing terpantau mengalir masuk ke obligasi Malaysia hingga US2,9 miliar pada Mei 2025. Data dari Bank Negara Malaysia menunjukkan jumlah tersebut menjadi yang paling tinggi sejak Oktober 2013.

Analis FX MUFG Bank Lloyd Chan mengatakan penguatan ringgit akan terus berlanjut dengan memanfaatkan momentum pelemahan dolar AS.

"Obligasi ringgit juga diminati, semakin meningkatkan partisipasi asing di pasar obligasi pemerintah lokal," kata Chan, dikutip Bloomberg, Selasa (1/7/2025).

Adapun, MUFG memperkirakan ringgit akan semkain menguat hingga menyentuh 4,11 ringgit per dolar AS pada akhir tahun ini.

Ringgit merupakan salah satu aset negara berkembang yang mendapat sentimen positif dari pelemahan dolar AS. Dengan ekspektasi tercapai kesepakatan dagang antara AS dengan negara mitranya, harapannya ancaman pelemahan ekonomi global semakin pundar.

AS akan mengumumkan keputusannya terkait tarif pada 9 Juli 2025 saat tenggat waktu yang dipasang Presiden AS Donald Trump habis. Gencatan senjata antara dua ekonomi terbesar di dunia, AS dan China, akan menjadi sorotan pelaku pasar.

Indeks dolar AS sendiri sudah turun lebih dari 2% pada Juni 2025, atau penurunan untuk bulan ke-enam berturut-turut. Greenback tak berdaya tertekan spekulasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan kekhawatiran defisit fiskal AS kian melebar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper