Bisnis.com, JAKARTA – PT Tripar Multivision Plus Tbk. (RAAM) alias Multivision Plus, rumah produksi milik Raam Punjabi terpantau bergerak ke zona hijau dan mengalami auto rejection atas atau ARA usai resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (8/5/2023).
Berdasarkan data BEI, saham RAAM naik 24,79 persen atau 58 poin ke level Rp292. Harga penawaran saham perdana RAAM ditetapkan di Rp234 per saham.
RAAM menawarkan sebanyak 929,2 juta (929.200.000) saham dengan nominal Rp60 per saham atau setara 15 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Dengan harga penawaran Rp234 per saham, RAAM berhasil meraih dana IPO sebesar Rp217,43 miliar.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia yang dikutip Minggu (7/5/2023), total pesanan saham RAAM mencapai 13,05 miliar saham (13.057.160.000) saham, dari rencana 929,2 juta saham. Alhasil berdasarkan fixed allotment atau penjatahan pasti, saham RAAM mengalami total kelebihan permintaan 14,05 kali.
Komisaris Utama RAAM Raam Punjabi mengatakan sejatinya perusahaan miliknya sudah ditawarkan untuk melantai di bursa pada 20 tahun lalu. Namun, dia menyebut menolak tawaran tersebut karena industri yang masih labil.
“Pada 20 tahun yang lalu saya ditawarkan melantai di bursa tapi saya menolak untuk menjadi bagian dari masyarakat karena memang bidang kita selalu berhubungan masyarakat. Namun, saat itu industri kita labil dan saya menolak pakai duit masyarakat karena industri labil,” tuturnya dalam Seremoni Pencatatan Perdana Saham di gedung BEI, Senin (8/5/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, dia mengatakan IPO dari RAAM bukan hanya untuk sekedar mencari modal tambahan. Namun, lebih untuk meninggalkan warisan atau legacy layaknya perusahaan seperti Warner Bros dan Disney yang sudah berkarya hingga 200 tahun.
Direktur Utama RAAM Whora Anita Ragunath mengatakan masuknya perseroan sebagai perusahaan tercatat di BEI merupakan upaya untuk meningkatkan kapasitas pendanaan, serta tata kelola yang lebih baik. Adapun RAAM optimistis dengan prospek bisnis perfilman yang dijalankan.
“Langkah perusahaan masuk Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui IPO adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan kapasitas pendanaan perusahaan serta tata kelola yang lebih baik lagi,” ujarnya, Senin (8/5/2023).
Sebelumnya, Direktur RAAM Vikas Chand Sharma, pasca-IPO perseroan memproyeksi laba usaha akan mengalami pertumbuhan rata-rata 22,96 persen dalam 4 tahun ke depan. Sementara itu, margin laba ditarget bisa terkerek naik sampai 33 persen hingga 2027.
“Tentunya proyeksi tersebut diiringi dengan peningkatan jumlah penonton film di Indonesia, dan pertumbuhan layar bioskop,” imbuh Vikas dalam keterangannya.
RAAM berencana menggunakan 81,60 persen dana IPO akan digunakan untuk modal kerja yang meliputi pembiayaan kegiatan produksi film, web series, sinetron dan kegiatan pemasarannya. Sementara itu, sisa 18,40 persen akan digunakan untuk penyuntikan modal kepada entitas anak usaha yang berada di bidang bioskop.
RAAM bergerak pada sektor Consumer Cyclicals dan subsektor Media & Entertainment. Perseroan beraktivitas pada industri dan sub-industri Media & Entertainment. Dengan asumsi keseluruhan saham (ditambah saham pendiri) mencapai 6.194.200.000 lembar saham, kapitalisasi pasar RAAM pada awal IPO akan menyentuh Rp1,44 triliun, tepatnya Rp1.449.442.800.000.