Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Menurun, Ada Sinyal The Fed Pangkas Suku Bunga

Dolar AS tertekan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga pada akhir 203 setelah sebelumnya agresif menaikkannya.
Dolar AS tertekan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga pada akhir 203 setelah sebelumnya agresif menaikkannya. Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Dolar AS tertekan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga pada akhir 203 setelah sebelumnya agresif menaikkannya. Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS melemah seiring dengan kemungkinan The Fed menurunkan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Selain itu, terkini investor memantau data tenaga kerja AS.

Mengutip Antara, dolar AS menghapus kembali kenaikan sebelumnya terhadap euro tetapi tetap lebih kuat terhadap yen pada akhir perdagangan Jumat (5/5/2023), setelah kenaikan data pekerjaan dan pertumbuhan upah untuk April mengalahkan perkiraan ekonom tetapi menunjukkan revisi pekerjaan yang turun untuk Maret.

Para pengusaha menambahkan 253.000 pekerjaan, mengalahkan perkiraan para ekonom untuk kenaikan 180.000. Penghasilan per jam rata-rata AS naik pada tingkat tahunan sebesar 4,4 persen, di atas ekspektasi untuk kenaikan 4,2 persen.

Tetapi data untuk Maret juga direvisi lebih rendah menunjukkan 165.000 pekerjaan ditambahkan, bukan 236.000 seperti yang dilaporkan sebelumnya.

“Angka utama mungkin tidak sekuat yang terlihat mengingat revisi mundur,” kata Vassili Serebriakov, ahli strategi valas di UBS di New York.

Pergerakan awal dalam greenback kemungkinan sebagian karena investor yang menjual mata uangnya, atau bertaruh itu akan jatuh, menutupi posisi mereka.

Dolar telah jatuh dari level tertinggi 20 tahun pada September lalu karena investor menyesuaikan kemungkinan bahwa Federal Reserve berada pada atau mendekati akhir dari siklus pengetatannya, sementara rekan-rekannya termasuk Bank Sentral Eropa menjadi lebih hawkish.

Investor menilai kemungkinan bahwa Fed akan menurunkan suku bunga pada paruh kedua tahun ini. Namun, saat ekonomi sedang melambat, masih ada kantong kekuatan, yang membuat investor ragu untuk mendapatkan terlalu banyak bearish pada mata uang AS untuk saat ini.

"Dalam waktu dekat, sulit mendapatkan banyak momentum sampai kita memiliki sinyal arah yang lebih jelas dari data AS," kata Serebriakov.

"Bagi kami, resolusi pada akhirnya adalah untuk data AS yang secara konsisten lebih lemah dan dolar yang lebih lemah pada akhirnya dan Fed yang lebih dovish."

Pedagang berjangka dana Fed memperkirakan pemotongan sekitar 75 basis poin pada akhir tahun. The Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,00-5,25 persen pada Rabu (3/5/2023) dan menghapus bahasa pernyataan kebijakannya yang mengatakan bahwa pihaknya mengantisipasi kenaikan suku bunga lebih lanjut akan diperlukan.

Indeks dolar mencapai sesi tertinggi 101,77, sebelum jatuh kembali ke 101,19, turun 0,13 persen. Euro jatuh ke 1,0967 dolar, sebelum memantul kembali 0,11 persen menjadi 1,1026 dolar. Greenback naik 0,40 persen menjadi 134,79 yen Jepang.

Analis teknis di JPMorgan termasuk Jason Hunter mencatat pada Jumat (5/5/2023) bahwa ada divergensi bearish pada grafik harian euro/dolar dan bahwa kenaikan mata uang tunggal terhenti, tetapi reli "belum berakhir secara pasti".

Bank mengatakan bahwa jika euro melihat pelemahan berkelanjutan di bawah level 1,0909 dolar dan 1,0831 dolar, itu akan mengkonfirmasi tren pembalikan jangka pendek, sementara penurunan di bawah 1,0762 dolar "akan menyiratkan pembalikan tren yang lebih signifikan sedang dibuat."

Euro juga turun terhadap sterling menjadi 87,11 pence pada Jumat (5/5/2023), terendah sejak 20 Desember. Data harga konsumen yang akan dirilis minggu depan adalah fokus utama ekonomi AS berikutnya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan dolar AS jatuh pada perdagangan Jumat karena para pedagang resah bahwa gejolak yang berkelanjutan dalam sistem perbankan AS dapat mengakibatkan penurunan suku bunga yang lebih awal dari perkiraan oleh Federal Reserve.

Bank sentral AS menaikkan suku bunga pada Rabu, tetapi mengisyaratkan bahwa ini akan menjadi puncak dari siklus pengetatan agresif selama setahun dengan menghapus kemungkinan kenaikan suku bunga lebih lanjut. 

Sementara itu, Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, dengan Presiden Christine Lagarde mengisyaratkan lebih banyak pengetatan yang akan datang.

Rupiah ditutup menguat 7 poin atau 0,05 persen ke Rp14.678 per dolar AS pada Jumat (5/5/2023) sore. Sementara itu, indeks dolar AS tercatat melemah 0,09 persen ke 101,30. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper