Bisnis.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah pada perdagangan Rabu (3/5/2023) dengan penurunan sebesar 0,11 persen ke level 6.856,05.
IHSG sempat bergerak ke posisi tertinggi 6.865,61 sesaat setelah pembukaan, sementara posisi terendah di 6.850,27. Sebanyak 111 saham menghijau, 112 saham melemah, dan 233 saham di posisi yang sama dengan penutupan perdagangan sebelumnya.
Mayoritas indeks sektoral mengawali pembukaan di zona merah dengan penurunan terdalam pada sektor industri yang melemah 0,91 persen. Kemudian disusul sektor transportasi turun 0,88 persen, dan infrastruktur turun 0,78 persen.
Beberapa sektor yang dibuka menguat adalah konsumer non-cyclical sebesar 0,55 persen dan properti naik 0,31 persen.
Sebagian besar saham-saham penghuni top 10 big cap terpantau mengawali perdagangan dengan koreksi harga. Sampai pukul 09.04 WIB, hanya BYAN yang menguat dengan kenaikan 0,59 persen ke Rp21.350.
Sementara itu pelemahan terdalam dialami saham BMRI dengan koreksi 1,43 persen, TPIA turun 1,27 persen. BBCA dan GOTO ikut terkoreksi dengan pelemahan masing-masing 1,10 persen dan 0,97 persen. Adapun saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) langsung longsor 6,99 persen hingga menyentuh batas auto reject bawah (ARB). Saham BUMN lain yang berguguran adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) yang anjlok 3,12 persen.
Baca Juga
Phintraco Sekuritas dalam riset hariannya telah memperkirakan bahwa IHSG akan melanjutkan pullback. Secara teknikal, terdapat gap ke kisaran 6.820 dan melemah ke kisaran 6.800–6.820.
Pergerakan IHSG juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor eksternal dan internal. Dari luar negeri, pelemahan mayoritas indeks di AS dan Eropa pada Selasa ( 2/5/2023) menambah sentimen negatif bagi IHSG.
Indeks-indeks Wall Street melemah lebih dari 1 persen pada Selasa karena tertekan oleh pelemahan harga saham-saham perbankan. Pelemahan ini dipicu oleh kekhawatiran pelaku pasar terhadap kondisi bank-bank regional di AS setelah salah satu bank regional besar di AS mencatatkan penurunan deposito hingga 40 persen pada kuartal I/2023.
Sementara, keyakinan pasar terhadap kenaikan The Fed Rate sebesar 25 bps dalam FOMC 3-4 Mei 2023 mencapai 85 persen berdasarkan jajak pendapat oleh FedWatch tool. Pasar menantikan petunjuk dari The Fed mengenai arah kebijakan moneter setelah FOMC Mei tersebut.
Sentimen negatif lain berasal dari peringatan US Treasury Secretary Janet Yellen bahwa utang Pemerintah AS berpotensi mencapai debt ceiling pada 1 Juni 2023, kecuali pengambil kebijakan dapat mencapai kesepakatan baru sebelum tanggal tersebut.
Dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan melambat ke 4,95 persen yoy pada kuartal I/2023 dari 5,01 persen yoy di kuartal IV/2022. Hal ini membangun kekhawatiran bahwa peningkatan konsumsi domestik belum mampu mengimbangi dampak negatif dari pelemahan harga komoditas pada awal 2023.
Meski demikian, tren penurunan inflasi dalam 6 bulan terakhir menjaga outlook positif konsumsi di Indonesia. Sebagai informasi, Inflasi di Indonesia turun ke 4,33 persen yoy pada April 2023 dari 4,97 persen pada Maret 2023.