Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pengolahan crude palm oil (CPO) milik konglomerat Kalimantan Tengah Abdul Rasyid, PT Citra Borneo Utama Tbk. (CBUT), merombak jajaran direksi dan komisaris. Perseroan mengangkat mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan A. Djalil sebagai Komisaris utama.
Keputusan perubahan komisaris dan direksi CBUT disepakati para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dan Tahunan (RUPSLB dan RUPST) pada Rabu (3/5/2023).
RUPS menyetujui pengunduran diri Vallauthan Subraminam dari jabatannya sebagai komisaris Utama dan Monica Putri dari jabatannya sebagai komisaris, serta mengangkat Sofyan A. Djalil sebagai Komisaris Utama.
Selain itu, jajaran pemegang saham juga menyetujui pengunduran direksi yaitu Ramzi Sastra dan Muhammad Rafik serta mengangkat Ronny Hertantyo Raharjo.
Susunan Dewan komisaris dan Direksi CBUT
- Komisaris Utama: Sofyan A. Djalil
- Komisaris Independen: Boumediene Sumurung
- Direktur Utama: Balakrishnan Naidu Ramasamy Naidu
- Direktur: Magedona Aegidius
- Direktur: Ronny Hertantyo Raharjo
Sementara itu untuk tahun buku 2022, CBUT absen dalam pembagian dividen. Hal ini sejalan dengan rencana CBUT dalam prospektus IPO beberapa waktu lalu. Pada prospektus tersebut CBUT akan mulai membagikan dividen pada tahun buku 31 Desember 2023 sebesar 20 persen dari laba bersih tahun berjalan.
Direktur CBUT Ronny Hertantyo mengatakan pembagian dividen 2024 akan mempertimbangkan laba ditahan 2023.
Baca Juga
“Dividen 2024 harus melihat kinerja di 2023 kita edit dengan return earning 2023,” imbuhnya saat konferensi pers CBUT, Rabu (3/5/2023).
Sebelumnya CBUT membukukan penurunan Laba tahun berjalan di 2022 sebesar 18,51 persen menjadi Rp233,14 miliar dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp286,10 miliar. Meski begitu, pendapatannya justru meningkat sebesar 11 persen. CBUT mengalami lonjakan pendapatan menjadi Rp9,61 triliun dari semula Rp8,66 triliun.
Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan laba di tengah naiknya pendapatan ialah meningkatnya beban secara signifikan. CBUT mencatatkan beban tahun berjalan sebesar Rp8,12 triliun, dari sebelumnya Rp6,62 triliun.
Beban usaha CBUT diberatkan oleh pembelian bahan baku yang meningkat. Pembelian bahan baku produksi CBUT melonjak menjadi Rp7,96 triliun naik dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp6,54 triliun.