Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Tembus 4.000 Ringgit, Saham Emiten Sawit Dinilai Prospektif

Harga crude palm oil (CPO) yang memasuki tren kenaikan dalam jangka pendek dinilai memunculkan peluang cuan bagi saham-saham berbasis emiten perkebunan.
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menata kelapa sawit saat panen di kawasan Kemang, Kabupaten Bogor. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang memasuki tren kenaikan dalam jangka pendek dinilai memunculkan peluang cuan bagi saham-saham berbasis emiten perkebunan.

Berdasarkan data Bursa Malaysia Derivatives (BMD), kontrak berjangka CPO Juli 2025 menguat 23 ringgit ke 4.087 ringgit Malaysia per ton, Rabu (18/6/2025). Adapun, kontrak Agustus 2025 juga meningkat ke 4.100 ringgit per ton.

Kenaikan harga CPO menuju level 4.000 ringgit Malaysia dipicu oleh kenaikan harga minyak kedelai yang tersengat proposal Washington untuk mengizinkan penyuling mencampur biofuel ke dalam bensin dan solar mulai tahun depan.

Seiring sentimen itu, Head of Research MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, kenaikan harga CPO akan menjadi katalis positif bagi sejumlah saham sawit, termasuk PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA). Menurutnya, tren penguatan harga CPO dapat dimanfaatkan investor untuk mengoleksi saham secara selektif.

“Saat ini untuk emiten-emiten CPO kami perkirakan dapat untuk investasi dalam jangka pendek terlebih dahulu karena melihat pergerakannya dalam beberapa waktu belakangan ini cenderung konsolidasi,” kata Herditya, Rabu (18/6/2025).

Secara teknikal, lanjutnya, saham JAWA sedang berada dalam fase konsolidasi. Level support berada di Rp171 dan resistance Rp190 per saham. Jika berhasil tembus, target penguatan dapat mengarah ke Rp200 hingga Rp212 per saham.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia Reza Priyambada menambahkan prospek industri CPO akan bergantung pada fluktuasi harga dan permintaan global.

Dia menilai bahwa sejumlah sentimen, seperti kebijakan biodiesel dalam negeri hingga hambatan perdagangan dari negara-negara tujuan ekspor, turut memengaruhi prospek harga dan pergerakan saham-saham CPO.

Untuk jangka panjang, Reza mengatakan, investor perlu memperhatikan kebutuhan global terhadap produk turunan CPO yang tersebar di sektor consumer goods, kosmetik, hingga energi. Namun, karena bersifat siklikal, strategi perlu disusun secara cermat.

“Pergerakan CPO juga berfluktuatif mengikuti sentimen yang ada dan akan memengaruhi pergerakan harga saham komoditas. Ini yang perlu kita sesuaikan ketika berinvestasi di saham CPO sehingga sifatnya situasional,” ucap Reza.

Di sisi lain, Kiwoom Sekuritas menilai mayoritas emiten sawit mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal I/2025, mencerminkan optimisme pelaku pasar meski dihadapkan berbagai tantangan kebijakan dan iklim global. 

Head Riset Kiwoom Sekuritas Liza Camelia Suryanata mencontohkan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk. (SSMS) yang berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp341,5 miliar, melonjak tajam 233% secara tahunan (year on year/yoy). 

Tak ketinggalan, PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) juga membukukan pertumbuhan laba bersih sebesar 28,8% yoy pada periode yang sama. Dia menilai tren positif ini tak lepas dari perbaikan produktivitas tanaman sawit secara nasional. 

Selain itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memperkirakan produksi CPO nasional akan meningkat sebesar 4%-5% sepanjang 2025. 

Namun, sektor ini dihadapkan pada tantangan baru menyusul kebijakan pemerintah yang menaikkan pungutan ekspor CPO dari 7,5% menjadi 10% mulai 17 Mei 2025. Ini diproyeksikan memangkas margin laba emiten sebesar 3%-5% dalam jangka pendek. 

“Meski demikian, sejumlah emiten seperti SSMS dan CBUT tetap menunjukkan optimisme. Mereka menyiapkan langkah antisipatif melalui efisiensi operasional dan ekspansi hilirisasi untuk menjaga daya saing dan profitabilitas,” ujarnya. 

 

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab atas kerugian atau keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper