Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prodia (PRDA) Pertahankan Margin Laba di Masa New Normal

Emiten laboratorium klinis PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menargetkan bisa mempertahankan level margin laba bersih pada 2023.
Petugas mengambil sampel di laboratorium Prodia/Dok. Prodia
Petugas mengambil sampel di laboratorium Prodia/Dok. Prodia

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten laboratorium klinis PT Prodia Widyahusada Tbk. (PRDA) menargetkan bisa mempertahankan level margin laba bersih pada 2023 sama dengan tahun-tahun sebelumnya di tengah normalisasi belanja kesehatan masyarakat.

Berdasarkan laporan keuangan per 31 Desember 2022 yang telah diaudit, Prodia mengakumulasi laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp371,64 miliar. Capaian itu merefleksikan penurunan 40,36 persen dibandingkan dengan 2021 yang menyentuh Rp623,23 miliar.

Penurunan laba turut dipicu oleh realisasi total pendapatan sebesar Rp2,18 triliun. Angka itu turun 17,74 persen dibandingkan dengan 2021 yang mencapai Rp2,65 triliun.

Terlepas dari penurunan ini, Direktur Prodia Widyahusada Liana Kuswandi memaparkan bahwa PRDA berhasil mencetak margin laba bersih di 17,0 persen pada 2022, angka ini lebih tinggi daripada sebelum pandemi yang berkisar di 10–12 persen. Adapun pada 2021, margin laba bersih mencapai 23,5 persen.

"Untuk target pendapatan kami melihat ini masa new normal. Sementara itu untuk laba, margin EBITDA maupun laba bersih kami upayakan dijaga di angka yang sama dan ini cukup menantang di tengah penyesuaian belanja masyarakat. Jadi di kisaran 16–17 persen untuk margin laba bersih dan EBITDA di 20–30 persen," kata Liana dalam paparan publik, Kamis (13/4/2023).

Kinerja pada 2023 juga akan didukung dengan upaya Prodia dalam menjaga likuiditas. Liana mengatakan PRDA mengantisipasi ketidakpastian ekonomi dengan menyiapkan dana yang setara dengan tiga kali operasional, sementara alokasi untuk investasi dipertahankan di kisaran Rp200 miliar sampai Rp300 miliar.

Adapun total pengeluaran operasional PRDA pada 2022 mencapai Rp890 miliar atau setara 40,8 persen terhadap pendapatan. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan tersebut lebih rendah daripada 2019 sebesar 47,4 persen dan lebih tinggi daripada 2022 yang hanya di 33,0 persen.

Sementara itu, Direktur Utama Prodia Dewi Muliaty mengatakan perseroan akan memaksimalkan pemanfaatan saluran digital untuk meningkatkan layanan bagi pelanggan, salah satunya dengan penerapan omnichannel untuk segmen Business to Consumer (B2C). Hal ini didukung dengan hadirnya PT Prodia Digital Indonesia, anak usaha yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan volume dan pendapatan.

Untuk segmen Business to Business (B2B), Prodia memperkuat transformasi digital melalui ProdiaLink, yaitu interoperability system yang dapat mempermudah proses referral ke laboratorium

"Prodia juga berfokus untuk meningkatkan jumlah pelanggan secara organik melalui beberapa inisiatif seperti memaksimalkan penggunaan aplikasi U by Prodio, mengoptimalkan Home Service, penambahan kapasitas tes baru, pembenahan tampilan outlet, serta penambahan channel Prodia melalui kolaborasi dan kemitraan strategis," kata Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper