Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketar-ketir Kenaikan Suku Bunga The Fed, Ini Pengaruhnya ke SUN dan Rupiah

The Fed diperkirakaan kembali menaikkan suku bunganya pada Mei 2023, yang berpotensi menekan minat pada Surat Utang Negara (SUN) serta membebani rupiah.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Perkiraan pelaku pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan kembali menaikkan suku bunganya pada Mei mendatang semakin kuat. Hal ini berpotensi memengaruhi minat investor pada surat utang negara (SUN), serta melemahkan rupiah.

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, ekspektasi inflasi konsumen di Amerika Serikat naik di luar dugaan pada Maret 2023, yang menyebabkan ekspektasi pasar terhadap kemungkinan the Fed menaikkan suku bunga acuannya pada Mei mendatang menguat menjadi 72 persen.

Fed New York mencatat kenaikan ekspektasi inflasi konsumen pada bulan Maret menjadi 4,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) lebih tinggi dari capaian pada Februari 4,2 persen yoy, kenaikan ini di luar dugaan pasar.

“Oleh sebab itu, pelaku pasar merespon kenaikan ekspektasi inflasi dengan kenaikan probabilitas suku bunga the Fed naik 25 bps di bulan Mei menjadi 72 persen, dari sebelumnya 62 persen,” ungkap Lionel dalam riset, Selasa (11/4/2023).

Merespons hal ini, investor mengambil tindakan berhati-hati, seperti yang tercermin dari pergerakan saham AS yang cenderung flat dan kenaikan tipis imbal hasil (yield) obligasi pemerinta AS tenor 10 tahun sebesar 3 bps menjadi 3,42 persen.

Menurut Samuel Sekuritas Indonesia, kondisi ini bisa mengurangi antusiasme investor asing terhadap lelang SUN hari ini.

“Kami memperkirakan yield Obligasi Negara Indonesia [INDOGB] tenor 10 tahun akan melanjutkan konsolidasi dalam rentang 6,7-6,8 persen hari ini. Kami juga memperkirakan permintaan pada lelang SUN hari ini berpotensi melemah akibat berbaliknya sentimen para pelaku pasar terhadap potensi kenaikan suku bunga Fed bulan depan,” jelasnya.

Pemerintah akan melakukan lelang SUN hari ini dengan target sebesar Rp17 triliun. Target tersebut lebih rendah dari lelang sebelumnya pada (28/3/2023) yang memiliki target indikatif sebesar Rp20 triliun dan target maksimal sebesar Rp30 triliun.

Adapun, rupiah juga diperkirakan akan melanjutkan konsolidasi dalam rentang Rp14.900-Rp15.000 per dolar AS. Pada perdagangan Selasa (11/4/2023) pukul 12.47 WIB, rupiah terpantau dalam penguatan, naik 15 poin atau 0,10 persen ke Rp14.887 per dolar AS.

Lionel menyebutkan cadangan devisa Bank Indonesia naik pada Maret menjadi US$145,2 miliar, dibandingkan pada Februari Rp140,3 miliar. Menurut estimasinya, nilai cadangan devisa likuid BI juga naik menjadi US$131,7 miliar, dibandingkan dengan pada Februari sebesae US$127,3 miliar.

Cadangan devisa likuid adalah cadangan devisa yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk operasi pasar di pasar nilai tukar demi menjaga stabilitas rupiah.

“Kami melihat perkembangan ini sebagai hal positif bagi daya tahan rupiah terhadap potensi gejolak nilai tukar di pasar finansial global akibat berbaliknya sentimen pasar terhadap prospek kenaikan suku bunga the Fed bulan depan,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper