Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka di zona merah, kembali mendekati Rp15.000 per dolar AS di kala mayoritas mata uang di Asia menguat.
Mengutip data Bloomberg, Kamis (6/4/2023), rupiah tercatat turun 25 poin atau 0,17 persen ke Rp14.957 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,16 persen ke 102,01.
Sejumlah mata uang yang melemah bersama rupiah ada ringgit Malaysia melemah 0,08 persen, baht Thailand melemah 0,26 persen, won Korea Selatan melemah 0,62 persen, dan dolar Taiwan melemah 0,14 persen.
Sementara itu, yen Jepang menguat 0,21 persen, peso Filipina menguat 0,15 persen, rupee India menguat 0,40 persen, dan yuan China menguat 0,01 persen.
Macro Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lonel Priyadi mengatakan sentimen positif di pasar obligasi global berlanjut setelah rilis data PMI ISM sektor Jasa Amerika Serikat turun tajam pada Maret menjadi 51,2, dari pada Februari di 55,1 dan perkiraan analis di 54,5.
Dengan demikian, imbal hasil US Treasury dan Bond 10 tahun turun masing-masing 3 dan 7 bps menjadi 3,31 persen dan 2,18 persen.
"Kami memprediksi rupiah berpotensi mengalami konsolidasi hari ini dalam rentang Rp14.900 - Rp15.000 per dolar AS menjelang pengumuman data pasar tenaga kerja AS besok malam, Jumat [7/4/2023]," ungkapnya dalam riset harian, Kamis (6/4/2023).
Baca Juga
Sebelumnya Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi, dari sisi internal, di tengah tekanan ekonomi global, sektor manufaktur Indonesia secara konsisten mengalami ekspansi di sepanjang kuartal pertama 2023. Indikator Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur nasional menguat kembali ke level 51,9 pada Maret 2023 dibandingkan dengan Februari 51,2.
Tingkat permintaan domestik terindikasi terus mengalami peningkatan, menopang aktivitas produksi manufaktur di tengah permintaan ekspor yang masih relatif tertahan.
Selain itu, perbaikan distribusi dan logistik juga terus mengalami perbaikan dalam dua bulan terakhir sehingga mampu mendorong aktivitas produksi di dalam negeri. Industri manufaktur yang terus ekspansif ini mencerminkan tetap kuatnya perekonomian kita di tengah perekonomian global yang masih dibayangi oleh tren perlambatan dan ketidakpastian.
Sementara itu, memasuki periode Ramadan 2023, inflasi dapat terkendali dengan baik. Laju inflasi Maret 2023 tercatat hanya mencapai 4,97 persen yoy, menurun cukup signifikan dari bulan Februari yang tercatat sebesar 5,47 persen yoy.
Kemudian, inflasi harga pangan turun secara signifikan dari sebelumnya 7,62 persen yoy pada Februari 2023, menjadi 5,83 persen yoy pada Maret 2023.
Meskipun demikian, terjadi sedikit kenaikan harga pada beberapa komoditas pangan menjelang Ramadan seiring naiknya permintaan.
Ibrahim memproyesikan untuk perdagangan Kamis (6/4/2023), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.900- Rp14.970.