Bisnis.com, JAKARTA – Dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana sepanjang tiga bulan pertama 2023 tercatat dalam tren negatif setelah terus menerus mengalami penurunan. Namun, memasuki kuartal II/2023 analis memperkirakan kinerja reksa dana akan berangsur-angsur membaik.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dana kelolaan reksa dana pada Januari 2023 masih bertumbuh 0,9 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp512,76 triliun. Namun, pada Februari, jumlah dana kelolaan turun 0,66 persen ke Rp509,37 triliun dan melanjutkan penurunan 1,02 persen pada Maret 2023 ke Rp504,18 triliun.
Chief Marketing Officer STAR Asset Management Hanif Mantiq menilai penyebab turunnya investor cenderung karena ketakutan memburuknya situasi global akibat krisis bank di Amerika (SVB) dan Eropa (Credit Suisse Bank).
“Hal ini diperparah ketika pasar modal kita baik saham maupun obligasi sempat mengalami penurunan harga,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (4/4/2023).
Menilik prospek reksadana pada kuartal kedua, Hanif mengatakan kemungkinan akan kembali membaik terutama karena mulai pulinya kepercayaan investor akibat langkah penyelamatan bank yang dilakukan.
Namun, di tengah kondisi seperti ini, investor cenderung akan lebih memilih reksa dana yang relatif stabil seperti reksa dana pasar uang atau reksa dana pendapatan tetap dengan underlying obligasi korporasi.
Baca Juga
Untuk meningkatkan dana kelolaan, Hanif mengatakan, Manajer Investasi bisa fokus memberikan literasi terutama melalui pemasaran digital ke investor ritel, bekerja sama dengan distribusi channel seperti bank sekuritas dan fintech, dan juga kerjasama dengan gerai yang memiliki jangkauan yang luas.
Senada, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan prospek reksa dana berbasis obligasi dan saham pada kuartal II/2023 dinilai masih sangat baik. Hal ini dikarenakan negara-negara Asia termasuk Indonesia masih memiliki potensi pertumbuhan sehingga dapat menarik investor asing untuk berinvestasi di negara Asia.
Selain potensi pertumbuhan, tingkat inflasi di Indonesia pun sudah terkendali, dan suku bunga acuan BI dinilai sudah mencapai puncaknya.
“Kami melihat bahwa reksa dana yang berbasis obligasi dan saham masih dinilai menarik karena Indonesia memiliki stabilitas ekonomi yang sangat baik. Selain itu, terdapat potensi penurunan suku bunga acuan pada semester II/2023,” jelasnya.
Oleh karena itu, Panin Asset Management merekomendasikan untuk investor dengan profil risiko konservatif untuk memiliki 50 – 70 persen porsi reksa dana pendapatan tetap. Kemudian, untuk investor dengan profil risiko agresif untuk setidaknya memiliki 10 – 30 persen porsi reksa dana pendapatan teta.
Adapun, agar manajer investasi bisa mendorong dana kelolaan, Panin Asset Management akan melakukan penerbitan reksa dana terproteksi secara berkala, kemudian ada rencana untuk menerbitkan Panin Syariah Global Fund pada kuartal II/2023 yang berinvestasi pada saham di AS.
“Selain penerbitan produk baru, kami juga berupaya terus meningkatkan kinerja produk yang sudah ada, kinerja tenaga pemasar, bahkan menambah tenaga pemasar baru,” tambahnya.