Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali terjungkal setelah keresahan akan krisis perbankan mulai melandai di pasar.
Investor mulai meningkatkan selera terhadap asset yang lebih berisiko sehingga terjadi penurunan pada asset safe haven. Melansir dari Antara, harga kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 1,51 persen ke level US$1.953,80 per ounce, setelah menyentuh level tertinggi sesi di US$1.984,00 dan terendah di US$1.945,00.
Berkurangnya kekhawatiran krisis perbankan semakin mengurangi daya tarik emas, ketika First Citizens BancShares, perusahaan induk bank yang berbasis di North Carolina, akan mengakuisisi Silicon Valley Bank yang bermasalah dari Federal Deposit Insurance Corporation. Harga saham First Citizens melonjak 22 persen pada penutupan pasar emas Senin (27/3/2023).
"Harga emas tergelincir di tengah imbal hasil yang lebih tinggi dan peningkatan selera risiko," kata Craig Erlam, analis di platform perdagangan daring OANDA.
Wakil Ketua Federal Reserve untuk Pengawasan Michael Barr mengatakan bank sentral pun bertanggung jawab penuh atas setiap pengawasan atau kegagalan peraturan yang melibatkan Silicon Valley Bank, yang merupakan yang pertama jatuh di antara bank-bank AS dua minggu lalu, memicu efek domino.
Di sisi lain, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi meyakini harga emas dunia bakal menguat ditopang oleh sejumlah sentimen. Salah satunya adalah sikap investor untuk beralih ke asset safe haven. Akibat bank Deutsche Bank asal Jerman menjadi nama besar terbaru yang terperangkap dalam krisis perbankan AS-ke-Eropa.
Baca Juga
“Dalam penutupan pasar akhir pekan lalu harga emas dunia melemah ke US$ 1,976,00 per troy ounce. Pada perdagangan Senin, emas dunia akan di perdagangkan menguat di rentang US$1,949.56 per troy ounce – US$2,016.45 per troy ounce,” tulisnya dalam riset, Sabtu (27/3/2023).
Ibrahim menambahkan kekhawatiran inflasi yang meningkat juga membuat emas tetap di benak investor meskipun Federal Reserve mengatakan mungkin hanya ada satu lagi kenaikan suku bunga AS dalam siklus kenaikan saat ini.
Di Amerika Serikat, Menteri Keuangan AS Janet Yellen membuat para regulator keuangan negara yang disebut Dewan Pengawas Stabilitas Keuangan berunding, untuk memutuskan langkah selanjutnya.