Bisnis.com, JAKARTA - Emiten menara Grup Djarum, PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR) menyampaikan akan menganggarkan belanja modal atau capex sebanyak Rp5 triliun hingga Rp6 triliun pada 2023.
Direktur Sarana Menara Nusantara Adam Ghifari mengatakan belanja modal TOWR diperkirakan sebesar Rp5 triliun hingga Rp6 triliun. Sekitar 50 hingga 55 persen akan dialokasikan untuk segmen non-tower.
"Segmen non-tower terutama pengembangan fiber optik," kata Adam kepada Bisnis, Selasa (28/3/2023).
Sementara itu, sisa belanja modal TOWR rencananya akan dianggarkan untuk segmen tower, termasuk di dalamnya pengeluaran untuk sewa lahan tower.
Adam menjelaskan, TOWR merasa kebutuhan fiber dalam waktu dekat akan meningkat dalam bentuk FTTT dan juga FTTH. Dengan berfokus pada ekspansi kedua jenis jaringan fiber ini, TOWR berharap dapat menciptakan economies of scale yang lebih baik dengan jangkauan wilayah yang lebih tepat memenuhi kebutuhan industri telekomunikasi.
"Menilik pertumbuhan akhir-akhir ini, penambahan jaringan fisik fiber optic bisa cukup signifikan, sekitar 10 persen-20 persen untuk FTTT dan lebih tinggi lagi untuk FTTH," tuturnya.
Baca Juga
Sebagai informasi hingga akhir 2022 jaringan fiber optik yang menghasilkan pendapatan dari segmen Fiber-to-The Tower (FTTT) TOWR naik sebesar 112 persen mencapai 149.811 km dengan tingkat utilisasi 169 persen, atau naik dari 70.465 km dengan tingkat utilisasi 155 persen di tahun 2021.
Kenaikan pada traffic data domestik menjadikan operator telekomunikasi bergerak cepat untuk meningkatkan kapasitas jaringan menggunakan fiber optik.
Direktur Utama dan CEO Sarana Menara Nusatara Group Aming Santoso menyampaikan hasil operasional yang sangat baik pada dari TOWR ini merefleksikan kesuksesan usaha diversifikasi TOWR pada infrastruktur FTTT dan Connectivity.
"Kami telah memulai ekpansi ke dalam infrastruktur FTTH sebagai penggerak pertumbuhan baru dan harapan adanya ekspansi yang signifikan di tahun 2023," ujar Aming Santoso dalam keterangan resmi, Senin (27/3/2023).
Sarana Menara mencatatkan pendapatan mencapai Rp11,03 triliun sepanjang 2022. Pendapatan ini naik 27,8 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu yang sebesar Rp8,63 triliun.
Pendapatan ini didorong oleh pendapatan dari beberapa pelanggan TOWR, yakni PT Indosat Tbk. (ISAT) yang mencapai Rp4,12 triliun atau naik 219,9 persen dibanding tahun 2021 yang mencapai Rp1,28 triliun.
Lalu pendapatan dari PT XL Axiata Tbk. (EXCL) sebesar Rp3,25 triliun, meningkat 31,39 persen dibanding 2021 sebesar Rp2,47 triliun, dan dari PT Telekomunikasi Selular atau Telkomsel sebesar Rp1,69 triliun dari Rp1,21 triliun, meningkat 39,4 persen secara tahunan atau year on year (yoy).
Naiknya pendapatan TOWR juga meningkatkan beban pokok pendapatan 24,54 persen menjadi Rp2,91 triliun, dari Rp2,34 triliun secara tahunan.
Meski demikian, laba bruto TOWR juga meningkat menjadi Rp8,12 triliun, dari Rp6,29 triliun di 2021. Laba bruto ini naik 29,01 persen secara yoy.
Akan tetapi, laba bersih TOWR hanya mengalami peningkatan tipis, yakni 0,43 persen. Laba bersih TOWR di 2022 adalah sebesar Rp3,44 triliun, naik tipis dari 2021 yang sebesar Rp3,42 triliun.
Jika melihat laporan keuangannya, tipisnya peningkatan pendapatan TOWR ini diakibatkan biaya keuangan TOWR yang membengkak 74,5 persen menjadi Rp2,39 triliun di 2022, dari Rp1,37 triliun di 2021.
Adapun biaya keuangan ini terdiri dari pos-pos seperti biaya bunga bank yang naik menjadi Rp1,87 triliun dari Rp1,04 triliun secara tahunan, beban bunga obligasi naik menjadi Rp307 miliar dari Rp132,4 miliar, hingga beban penambahan bunga atas utang sewa naik dari Rp108 miliar menjadi Rp131 miliar.