Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan pertambangan dan penghiliran nikel terintegrasi PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) atau Harita Nickel mengestimasi hanya akan menawarkan 12—13 persen dari modal ditempatkan dan disetor dalam penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO). Dengan demikian, potensi dana yang diraih dalam IPO perusahaan Grup Harita itu adalah US$650 juta atau sekitar Rp9,7 triliun.
Jumlah itu berada di bawah volume maksimal dari izin yang dikantongi NCKL. Sebagaimana tertuang dalam prospektus, Trimegah Bangun Persada bisa menawarkan maksimal 12,09 miliar saham atau setara 18 persen. Dengan nilai nominal saham Rp100 dan harga penawaran di kisaran Rp1.220 sampai dengan Rp1.250, IPO NCKL bisa menembus Rp15,11 triliun.
“Dalam permohonan kami ke Otoritas Jasa Keuangan, kami bisa menawarkan sebanyak-banyaknya 18 persen. Namun itu maksimal. Yang sudah kami alokasikan sesuai kebutuhan perusahaan adalah di Rp9,7 triliun dananya atau US$650 juta. Kemungkinan yang kami tawarkan 12—13 persen atau tidak sampai jumlah maksimal 12,09 miliar saham,” kata Direktur Trimegah Bangun Persada Suparsin Darmo Liwan dalam konferensi pers, Jumat (17/3/2023).
NCKL rencananya akan menggunakan 27,53 persen dari dana IPO untuk membayar utang. Kemudian 2,12 persen untuk belanja modal atau capital expenditure (capex), 32,27 persen untuk setoran modal dan pinjaman ke entitas anak dan asosiasi, dan 38,08 persen untuk modal kerja.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur Trimegah Bangun Persada Roy Armand Arfandy mengatakan minat dari investor besar cukup tinggi terhadap penawaran NCKL. Meski belum bisa memerinci siapa investor strategis yang bersiap masuk ke perusahaan, Roy mengaku cukup puas dengan hasil selama bookbuilding.
“Indikasinya sudah cukup bagus. Dan banyak investor besar yang secara konsep merupakan long term investor dan strategic investor yang berminat masuk dalam IPO kami. Namun maaf saya belum bisa sampaikan karena belum finalisasi,” kata Roy.
Baca Juga
Setelah menjadi perusahaan terbuka, NCKL berencana membagikan dividen kepada pemegang saham minimal 30 persen dari laba bersih, tergantung pada arus kas dan rencana investasi, hukum dan peraturan Indonesia, serta persyaratan lainnya. Roy mengatakan NCKL telah membagikan dividen sejak 2012 dan akan kembali membagikan dividen tahun buku 2022 yang akan dibagikan pada 2023.
NCKL membukukan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan mencapai Rp9,04 triliun selama periode Januari hingga November 2022. Angka itu naik 17,32 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. NCKL juga mencatat pendapatan lain sebesar Rp231,30 miliar, meningkat 255,82 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp65 miliar.
Di tengah kenaikan pendapatan, NCKL melaporkan telah menekan beban penjualan, beban umum dan administrasi sebesar 9,05 persen dari Rp873,45 miliar pada Januari—November 2021 menjadi Rp794,43 miliar pada periode yang sama di 2022.
Adapun laba periode berjalan NCKL melesat 207,95 persen dari Rp1,39 triliun per November 2021 menjadi Rp4,30 triliun per 30 November 2022. Laba per saham ikut naik dari Rp23,16 per lembar saham menjadi Rp78,63.