Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) memperkuat hubungan dengan dua investor Singapura untuk ekspansi bisnis penghiliran nikel.
INCO menyambut Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. sebagai pemegang saham baru di PT Kolaka Nickel Indonesia. Di sisi lain, Taizin (Singapore) Pte. Ltd. berencana menjadi pemegang saham pengendali PT Bahodopi Nikcel Smelting Indonesia.
Sekretaris Perusahaan Vale Indonesia Filia Alanda menyampaikan INCO memiliki 191.000 saham di PT Kolaka Nickel Indonesia. Nilai nominal seluruhnya mencapai Rp191 miliar.
"Huaqi telah mengambil bagian penerbitan 764.000 saham baru PT Kolaka Nickel Indonesia," paparnya dalam keterangan resmi, Senin (13/3/2023).
Setelah transaksi tersebut, nilai nominal seluruh saham PT Kolaka Nickel Indonesia yang dimiliki Huaqi mencapai Rp764 miliar. Transaksi ini merupakan lanjutan perjanjian kerja sama dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. pada 27 Februari 2023.
Bersamaan dengan penandatanganan tersebut, INCO juga menandatangani Perjanjian Usaha Patungan dan Perjanjian Pengambilan Bagian saham dengan Huaqi dan PT Kolaka Nickel Indonesia.
Baca Juga
Pada perkembangan lain, PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI), perusahaan kongsi Vale Indonesia dengan kepemilikan 51 persen serta Tisco dan Xin Hai (49 persen), mengumumkan rencana perubahan pengendali perusahaan.
Dalam pengumuman bertanggal 10 Maret 2023, BNSI menyampaikan rencana meningkatkan modal dasar baik saham seri A dan Seri B. Saham baru akan diambil oleh satu pihak yang mengakibatkan terjadinya perubahan pengendali.
"Dari saham saham baru tersebut, sejumlah Saham Seri A akan diambil bagian secara penuh oleh Taixin (Singapore) Pte. Ltd, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan pengendali di perseroan (pengambilalihan)," tertulis dalam pengumuman.
Taixin juga akan menjadi pihak yang menyerap saham seri B yang bari diterbitkan. "Setelah pengambilalihan maka 51 persen dari seluruh saham dengan hak suara yang dikeluarkan dan disetor penuh akan dimiliki Taixin (Singapore)," ulas direksi.
Dalam aksi korporasi ini, pihak yang keberatan dapat menyampaikan kepada perseroan. "Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 127. UUPT, setiap kreditor perseroan dapat mengajukan keberatan secara tertulis ke alamat perseroan."
Pembangunan smelter BNSI diperkirakan menyerap investasi Rp37,5 triliun. Lokasi smelter berada di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng). INCO telah melakukan peletakan batu pertama area pertambangan dan smelter tersebut pada awal Februari 2023 lalu.
Smelter ini akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Sedangkan kapasitas yang disiapkan yakni pemrosesan 73.000 ton bijih nikel menjadi feronikel per tahun.