Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inco (VALE) Lepas Kendali Proyek Smelter Bahodopi Morowali ke Taixin

PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia yang semula dikedalikan oleh VALE, akan diambilalih oleh Taixin Singapura.
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja melakukan proses pemurnian dari nikel menjadi feronikel di fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) Pomalaa milik PT Aneka Tambang (ANTAM) Tbk, di Kolaka, Sulawesi Tenggara, Selasa (8/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI), perusahaan kongsi PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) dengan kepemilikan 51 persen serta Tisco dan Xin Hai (49 persen), mengumumkan rencana perubahan pengendali perusahaan.

Dalam pengumuman bertanggal 10 Maret 2023, BNSI menyampaikan rencana meningkatkan modal dasar baik saham seri A dan Seri B. Saham baru akan diambil oleh satu pihak yang mengakibatkan terjadinya perubahan pengendali.

"Dari saham saham baru tersebut, sejumlah Saham Seri A akan diambil bagian secara penuh oleh Taixin (Singapore) Pte. Ltd, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan pengendali di perseroan (pengambilalihan)," tertulis dalam pengumuman.

Taixin juga akan menjadi pihak yang menyerap saham seri B yang bari diterbitkan. "Setelah pengambilalihan maka 51 persen dari seluruh saham dengan hak suara yang dikeluarkan dan disetor penuh akan dimiliki Taixin (Singapore)," ulas direksi.

Dalam aksi korporasi ini, pihak yang keberatan dapat menyampaikan kepada perseroan. "Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 127. UUPT, setiap kreditor perseroan dapat mengajukan keberatan secara tertulis ke alamat perseroan."

Pembangunan smelter BNSI diperkirakan menyerap investasi Rp37,5 triliun. Lokasi smelter berada di Morowali, Sulawesi Tengah (Sulteng). INCO telah melakukan peletakan batu pertama area pertambangan dan smelter tersebut pada awal Februari 2023 lalu.

Smelter ini akan menggunakan teknologi rotary kiln electric furnace (RKEF). Sedangkan kapasitas yang disiapkan yakni pemrosesan 73.000 ton bijih nikel menjadi feronikel per tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper