Bisnis.com, JAKARTA – PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) bakal kedatangan investor baru asal Singapura untuk pengembangan smelter di Blok Pomalaa, Kolaka, Sulawesi Tenggara.
Mengutip keterbukaan informasi INCO pada Selasa (28/2/2023), Perseroan telah melakukan penandatanganan Akta Perubahan dan Pernyataan Kembali sehubungan dengan Perjanjian Kerja Sama Definitif dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. pada 27 Februari 2023 (DCA).
Sekretaris Perusahaan INCO Filia Alanda menyebutkan, bersamaan dengan penandatanganan DCA, Perseroan juga menandatangani Perjanjian Usaha Patungan dan Perjanjian Pengambilan Bagian Saham dengan Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. dan PT Kolaka Nickel Indonesia (KNI).
“Perjanjian kerja sama ini dilaksanakan tertanggal 27 Februari 2023, sehubungan dengan rencana penyertaan modal Huaqi (Singapore) Pte. Ltd. di KNI,” jelas Filia dalam keterbukaan informasi, Selasa (28/2/2023).
Namun, Perseroan tidak memerincikan nilai transaksi tersebut karena bukan merupakan transaksi material bagi Perseroan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 17/POJK.04/2020 tentang Transaksi Material dan Perubahan Kegiatan Usaha, serta bukan merupakan transaksi afiliasi dan benturan kepentingan, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 42/POJK.04/2020 tentang Transaksi Afiliasi dan Transaksi Benturan Kepentingan.
Sebelumnya, Vale dan Huayou telah memulai pembangunan pabrik atau smelter HPAL untuk mengolah bijih nikel di Blok Pomalaa mulai November 2022 lalu. Proyek tersebut bakal memiliki kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP).
Baca Juga
Adapun, nilai investasi tambang, pabrik, dan fasilitas lainnya dalam proyek ini diproyeksikan mencapai senilai US$4,5 miliar dan smelter Pomalaa ditujukan untuk menghasilkan bahan baterai kendaraan listrik.