Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru terkait perkembangan indikator stabilitas nilai tukar rupiah pekan kedua Maret 2023. Sejumlah indikator mencatatkan pelemahan, tetapi ekonomi tetap terjaga positif.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono melaporkan perkembangan nilai tukar 6—10 Maret 2023. Nilai tukar rupiah per Kamis (9/3/2023) ditutup di level (bid) Rp15.420 per dolar AS dan dibuka di level (bid) Rp15.470 per dolar AS pada Jumat (10/3/2023).
Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun naik ke 6,99 persen pada Kamis (9/3/2023). Namun, terjadi penurunan ke level 6,95 persen pada Jumat (10/3/2023) pagi.
Yield US Treasury (UST) dengan tenor 10 tahun turun ke level 3,903 persen pada Kamis (9/3/2023). Sementara itu, Indeks dolar AS (DXY) menguat ke level 105,31.
Terkait aliran modal asing pada awal Maret 2023, premi credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun naik ke level 93,26 bps per Kamis (9/3/2023) dari 84,64 bps per 3 Maret 2023.
"Berdasarkan data transaksi 6—9 Maret 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,67 triliun, terdiri dari jual neto Rp3,03 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,36 triliun di pasar saham," tulis Erwin dalam keterangan resmi, Jumat (10/3/2023).
Baca Juga
Berdasarkan data setelmen sepanjang tahun berjalan atau sampai dengan Kamis (9/3/2023), tercatat nonresiden beli neto Rp34,56 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,24 triliun di pasar saham.
"Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut," tulis Erwin.