Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tembus Rp15.300 per Dolar, BI Perlu Naikkan Suku Bunga?

Rupiah masih di atas Rp15.300 per dolar AS, Bank Indonesia dinilai masih perlu menaikkan suku bunga.
Rupiah masih di atas Rp15.300 per dolar AS, Bank Indonesia dinilai masih perlu menaikkan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha
Rupiah masih di atas Rp15.300 per dolar AS, Bank Indonesia dinilai masih perlu menaikkan suku bunga. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah masih bertengger di atas Rp15.300 per dolar AS meski mengalami penguatan tipis pada perdagangan Senin (6/3/2023). 

Mengutip data Bloomberg pukul 12.05 WIB, rupiah terpantau menguat 0,06 persen atau 9,5 poin ke Rp15.301 per dolar AS dan menguat dari posisinya saat dibuka di Rp15.318 per dolar AS. 

Macro Equity Strategist Samuel Sekuritas Indonesia Lionel Priyadi mengatakan, saat ini tekanan inflasi Indonesia yang masih sangat terkendali akan menjadi pertimbangan utama bagi Bank Indonesia untuk secara hati-hati merespon agresivitas The Fed. 

"Dengan kondisi saat ini, kami masih yakin BI perlu menaikan bunga acuannya paling tidak 25bps untuk menahan gejolak rupiah," ungkapnya dalam riset, Senin (6/3/2023). 

Adapun, Samuel Sekuritas Indonesia memperkirakan rupiah berpotensi untuk menguji level tahanan baru di Rp15.300 per dolar AS pada hari ini.

Meskipun tipis, penguatan rupiah kali ini didorong oleh outlook pelemahan dolar AS dengan indeks dolar AS melemah 0,07 persen ke 104,44.

Sebelumnya dolar AS sempat menguat  setelah pasar global merespon positif pernyataan dari Atlanta Fed President, R. Bostic, yang menginginkan The Fed untuk terus mempertahankan pace kenaikan Fed Fund Rate sebesar 25bps pada FOMC meeting berikutnya. 

"Kendati Bostic bukan pemilih aktif dalam FOMC meeting tahun ini, namun outlook suku bunga yang dia berikan akan menjadi bahan pertimbangan pelaku pasar dalam menentukan langkah taktis selanjutnya dalam menghadapi ketidakpastian kebijakan moneter The Fed," ungkapnya dalam riset, Senin (6/3/2023). 

Namun laporan data klaim pengangguran terbaru yang masih bertahan di level rendah, serta data pertumbuhan biaya upah yang lebih tinggi dari perkiraan, akan membuat pasar tetap berekspektasi secara umum The Fed akan mempertahankan stance kebijakan yang hawkish tahun ini.

Adapun, imbal hasil US Treasury 10 tahun juga sempat menyentuh level tertinggi di 4,09 persen pada intraday selepas pengumuman data-data pasar tenaga kerja AS yang masih solid, sebelum kemudian menurun tipis ke 4,06 persen di penutupan terdorong oleh statement positif dari R. Bostic.

Analis MIFX Faisyal mengatakan outlook dolar AS justru akan mengalami pelemahan, yang dipicu oleh ekspektasi pasar bahwa The Fed akan hentikan siklus kenaikan suku bunga. 

Selain itu, dolar AS juga yang dibebani oleh terkoreksinya tingkat imbal hasil obligasi AS dengan yang bertenor 10 tahun saat ini bergerak di bawah level 4 persen. 

"Sentimen tersebut terjadi seiring keyakinan pasar bahwa target tingkat suku bunga Federal Reserve kemungkinan akan mencapai puncaknya dalam beberapa bulan mendatang, sebelum bank sentral berhenti atau membalikan sikap hawkishnya seiring meningkatnya tekanan terhadap ekonomi," jelas Faisyal dalam riset, Senin (6/3/2023). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper