Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandiri Manajemen Investasi Targetkan Dana Kelolaan Rp48,8 Triliun

Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan hingga Rp6 triliun sepanjang tahun 2023 menjadi Rp48,8 riliun.
Dari kiri ke kanan: CIO Mandiri Manajemen Investasi Ernawan R Salimsyah, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Aliyahdin Saugi, dan Direktur Manajemen Investasi Arief Budiman saat konferensi pers pencatatan perdana reksa dana indeks Mandiri ETF LQ45, Senin (6/3/2023). Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan hingga Rp6 triliun sepanjang tahun 2023 menjadi Rp48,8 riliun. /Bisnis-Artha Adventy.
Dari kiri ke kanan: CIO Mandiri Manajemen Investasi Ernawan R Salimsyah, Direktur Utama Mandiri Manajemen Investasi Aliyahdin Saugi, dan Direktur Manajemen Investasi Arief Budiman saat konferensi pers pencatatan perdana reksa dana indeks Mandiri ETF LQ45, Senin (6/3/2023). Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan hingga Rp6 triliun sepanjang tahun 2023 menjadi Rp48,8 riliun. /Bisnis-Artha Adventy.

Bisnis.com, JAKARTA - PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI) menargetkan pertumbuhan dana kelolaan reksa dana hingga Rp6 triliun sepanjang tahun 2023 menjadi Rp48, 8 Triliun. 

Direktur Mandiri Manajemen Investasi Arief Budiman mengatakan hingga saat ini, dana kelolaan MMI mencapai Rp42,8 triliun. Arief mengatakan saat ini industri reksa dana memang sedang menurun. 

"Target kami untuk total seluruh portofolio naik Rp6 triliun pada 2023. Kita akan coba [meluncurkan] untuk produk saham, ETF mungkin satu lagi," katanya dalam acara press conference peluncuran Reksa Dana Mandiri ETF LQ45di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Senin (6/3/2023). 

Hari ini, MMI menerbitkan Reksa Dana Mandiri ETF LQ45, yaitu reksa dana indeks yang berinvestasi pada saham-saham blue chip yang masuk di dalam Indeks LQ45. 

Direktur Utama Mandiri Investasi Aliyahdin Saugi menyebutkan meski meluncurkan produk baru, kontribusinya terhadap pertumbuhan AUM tidak akan terlalu terlihat. Hal tersebut disebabkan oleh produk yang masih baru dan hanya menargetkan dana kelolaan sebesar Rp100 miliar. 

"Tapi tentunya kami berharap terus berkembang, ini 1 persen juga ga nyampe,  masih kecil sekali belum ratusan miliar gitu ya," kata Aliyahdin. 

Meski demikian, pihaknya mengklaim akan  terus mencoba mengembangkan produk tersebut dan menjadikan kontribusinya bagi AUM menjadi lebih besar dengan berinovasi untuk memberikan opsi yang terbaik bagi investor-investornya.

Aliyahdin mengatakan jika produk ETF memang sudah memiliki permintaan dan merupakan produk yang ditunggu-tunggu investor. 

"Produk ini merupakan suatu alternatif produk yang memang dinanti oleh investor kami bahkan sebelumnya banyak ditanyakan, karena itu permintaan yang sudah ada, produk ini ditunggu tunggu," jelasnya.

Saat ini, potensi market produk ETF masih didominasi oleh nasabah institus. Dari potensi tersebut, Aliyahdin menyebutkan pihaknya cukup optimis membuat market lebih besar lagi. 

"Jadi, ini long term plan sama seperti kita ketahui secara global saham-saham aktif, ETF secara global, target kami secara global planing berjalan lancar tidak hanya market domestik tapi market internasional," imbuhnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper