Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah dibuka di zona merah pada perdagangan Kamis (2/3/2023) ke Rp15.262,5 per dolar AS seiring dengan indeks dolar yang terpantau mengalami penguatan.
Mengutip data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 0,18 persen atau 27,5 poin keRp15.262,5 per dolar AS. Sementara indeks dolar AS menguat 0,05 persen ke 104,53.
Bersama dengan rupiah, mata uang yen Jepang melemeh 0,07 persen, dolar Singapura melemah 0,15 persen, yuan China melemah 0,23 persen, ringgit Malaysia melemah 0,04 persen, dan baht Thailand melemhaa 0,26 persen.
Sedangkan, mata uang won Korea Selatan meguat 0,34 persen, peso Filipina menguat 0,09 persen, dan rupee India menguat 0,20 persen.
Sebelumnya, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah dibuka berfluktuatif pada perdagangan hari ini. Namun, ditutup menguat pada rentang Rp15.210-Rp15.260.
Ibrahim menyebut sebelumnya dolar AS sempat melemah akibat cepatnya perkembangan manufaktur China sejak April 2012. Hal ini membuat pasar memborong aset berisiko karena optimisme baru dan menjauh dari dolar safe-haven.
Kemudian, indeks manajer pembelian (PMI) melonjak hingga 52,6 persen per Februari 2023 telah menopang perekonomian China. Selain itu, aktivitas non-manufaktur China juga tumbuh lebih cepat pada Februari 2023.
“Sementara pembacaan PMI manufaktur Caixin/S&P Global untuk bulan lalu juga melampaui ekspektasi pasar,” kata Ibrahim dalam riset, Rabu (1/3/2023).
Adapun secara keseluruhan, melemahnya dolar AS hari ini disebabkan pasar yang menyambut bangkitnya perekonomian China pasca melonggarkan pengetatan aktivitas akibat pandemi Covid-19.
Pelonggaran tersebut telah menghidupkan optimisme untuk dibukanya perdagangan China. Selain itu, ekspektasi pelemahan perekonomian global juga menurun pasca adanya kenaikan suku bunga oleh bank sentral.
Kemudian inflasi dua perekonomian terbesar zona Eropa naik secara tak terduga pada Februari 2023. Hal ini mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh bank sentral Eropa (ECB).
Sementara itu, Inggris telah mencapai kesepakatan perdagangan dengan Irlandia Utara pasca keluar dari Uni Eropa atau British Exit (Brexit). Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak bertemu dengan anggota parlemennya sendiri untuk menjual kesepakatan baru tersebut di Irlandia Utara pada Selasa kemarin.
Dari dalam negeri, berbagai sektor industri tengah mempersiapkan diri menghadapi ancaman resesi global. Meski demikian, Indonesia masih cukup resilien terhadap resesi.
“Hal ini tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibandingkan 2021 sebesar 3,7 persen,” ujar Ibrahim.
Di samping itu, dunia usaha dan konsumen lokal mulai percaya diri untuk meningkatkan konsumsi dan konsumsi. Hal ini terlihat dari Indeks Kepercayaan Konsumen, indeks manufaktur, dan kinerja emiten sepanjang tahun lalu yang terus membaik.
Para investor masih menunggu kondisi perekonomian sambil mencermati peluang dan tantangan di tengah ketidakpastian global. Kondisi tersebut juga akan mempengaruhi para investor ritel yang tengah menyusun strategi kedepannya.
Rupiah Dibuka Lesu ke Rp15.262 per Dolar AS
Rupiah dibuka melemah tipis ke Rp15.262 per dolar AS di tengah indeks dolar AS yang menguat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Hafiyyan
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Target Harga ACES Jelang Rebranding Merek Baru
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
40 menit yang lalu
Rosan Roeslani Beberkan Alasan Peluncuran Danantara Molor, Ada Kendala?
50 menit yang lalu
Rosan dan Muliaman Lapor Prabowo, Danantara Siap Diluncurkan Tahun Ini
1 jam yang lalu