Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis 0,01 persen ke level 6.894,71 pada perdagangan Senin (20/2/2023). Pergerakan IHSG masih dipengaruhi sentimen setelah Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Berdasarkan data RTI pukul 15.01 WIB, IHSG melemah 0,99 poin dan sempat mencapai level tertinggi di 6.910 dan terendah di 6.863 sepanjang sesi. Sebanyak 203 saham menguat, 309 saham melemah, dan 208 saham di posisi yang sama dengan penutupan kemarin.
Penurunan IHSG terutama disebabkan oleh melemahnya saham-saham di sektor teknologi. Sektor ini menutup perdagangan dengan koreksi sebesar 1,49 persen. Kemudian sektor energi melemah 0,59 persen dan industri turun 0,82 persen.
Beberapa sektor yang menguat adalah infrastruktur sebesar 1,15 persen, finansial menguat 0,31 persen, dan konsumer non-cyclical melemah 0,70 persen.
Di tengah pelemahan IHSG, saham AMAN menjadi pemimpin top gainer dengan kenaikan 24,67 persen sehingga parkir di Rp935 per saham. Kemudian disusul HRTA yang naik 20,18 persen dan PEGE menguat 16,87 persen.
Sementara itu, saham pendatang baru Hoffmen Cleanindo (KING) menjadi saham paling boncos dengan koreksi 9,43 persen ke Rp96 per saham. ISAP dan PACK menyusul dengan penurunan masing-masing sebesar 8,89 persen dan 7,62 persen.
Baca Juga
Di jajaran saham-saham berkapitalisasi besar, saham TLKM memimpin kenaikan dengan penguatan sebesar 1,60 persen ke Rp3.820. Selanjutnya UNVR dan BBCA menguat 0,67 persen dan 0,29 persen. Saham-saham big cap lainnya terpantau anjlok dengan koreksi terdalam pada GOTO sebesar 2,40 persen dan BYAN turun 1,48 persen.
Phintraco Sekuritas dalam risetnya menyebutkan bahwa IHSG masih bertahan dalam pola rising rectangle. Selama bertahan di atas MA20 di kisaran 6.880, IHSG berpeluang uji resistance di level 6.960 pada pekan ini. Support level di pekan ini diperkirakan di kisaran 6.840.
Pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh keputusan RDG BI untuk mempertahankan sukubunga acuan di 5,75 persen pada pekan lalu. Saham-saham rate-sensitive diperkirakan mulai membentuk sinyal rebound atau memasuki fase konsolidasi.