Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Pantau Hasil RDG BI

Nilai tukar rupiah dipengaruhi data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan hasil rapat Bank Indonesia (BI).
Nilai tukar rupiah dipengaruhi data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan hasil rapat Bank Indonesia (BI). /Bank Indonesia
Nilai tukar rupiah dipengaruhi data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan hasil rapat Bank Indonesia (BI). /Bank Indonesia
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi masih tertekan dolar AS akibat tingginya inflasi AS membuka peluang kenaikan suku bunga The Fed lanjutan. Di sisi lain, investor memantau data ekonomi domestik seperti neraca perdagangan hasil rapat Bank Indonesia (BI).

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif dan ditutup melemah di rentang Rp15.190 - Rp15.240 per dolar AS pada Kamis (16/2/2023)

Mengutip data Bloomberg, Rabu (15/2/2023) pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup melemah 0,26 persen atau 39,5 poin ke Rp15.206 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat 0,36 persen ke 103,60. 

Bersama dengan rupiah, sejumlah mata uang di Asia juga melemah, seperti yen Jepang melemah 0,14 persen, dolar Taiwan melemah 0,35 persen, won Korea Selatan melemah paling dalam 1,03 persen, peso Filipina melemah 0,59 persen, dan yuan China melemah 0,25 persen. 

Ibrahim menilai dolar AS mendapat dukungan di Asia setelah inflasi AS yang sangat tinggi, menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari yang diharapkan investor.

Indeks harga konsumen AS naik 0,5 persen menjadi 6.4 persen pada Januari 2023, sebagian besar karena biaya sewa dan makanan yang lebih tinggi. Itu sejalan dengan perkiraan, meskipun secara tahunan sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan dan menyebabkan perkiraan penurunan suku bunga menjelang akhir 2023 kemungkinan dibatalkan.

Pada Desember 2022, proyeksi anggota dewan Federal Reserve adalah puncak suku bunga sebesar 5,1 persen tahun ini, tetapi pelaku pasar memperkirakan suku bunga akan mencapai puncak di atas 5,2 persen. 

“Angka penjualan ritel AS juga akan dirilis dan akan mengukur bagaimana konsumen AS menanggung 450 basis poin kenaikan suku bunga Fed tahun lalu,” jelasnya dalam riset, Rabu (15/2/2023). 

Dari sisi domestik, Neraca Perdagangan Indonesia (NPI) pada Januari 2023 mengalami surplus sebesar US$3,87 miliar atau setara dengan Rp58,9 triliun pada Januari 2023. Nilai ekspor Indonesia Januari 2023 mencapai US$22,31 miliar atau turun 6,36 persen dibanding ekspor Desember 2022. 

Dibanding Januari 2022 nilai ekspor naik sebesar 16,37 persen, sedangkan nilai impor Indonesia Januari 2023 mencapai US$18,44 miliar, turun 7,15 persen dibandingkan Desember 2022 atau naik 1,27 persen dibandingkan Januari 2022. NPI surplus selama 33 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Namun, surplus neraca perdagangan Januari 2023 turun tipis dibandingkan dengan Desember 2023 yang mencapai US$3,89 miliar. Meski demikian, angka surplus itu lebih tinggi dibandingkan prediksi pelaku pasar yang memperkirakan sebesar US$ 3,35 miliar.

Selain itu, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal keempat 2022 tetap terkendali. Posisi ULN Indonesia pada akhir kuartal keempat 2022 tercatat sebesar US$396,8 miliar. 

Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada kuartal IV/2022 secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 4,1 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 6,7 persen (yoy).

Sementara itu, surplus neraca perdagangan Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) disebut dapat menjadi sentimen penguatan rupiah dalam jangka. Namun, pelaku pasar juga perlu mewaspadai agresivitas moneter Bank Sentral AS Federal Reserve

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan neraca perdagangan yang surplus menjadi tanda bahwa kondisi ekonomi Indonesia masih cukup bagus untuk saat ini dan dapat menjadi penopang penguatan rupiah ke depan. 

“Data-data ekonomi Indonesia belakangan memang menunjukan kondisi ekonomi Indonesia yang masih cukup bagus, termasuk data neraca perdagangan ini yang masih tetap surplus,” katanya kepada Bisnis, Rabu (15/2/2023). 

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2023 mecetak surplus US$3,9 miliar. Capaian tersebut naik tipis dibandingkan dengan surplus bulanan pada Desember 2022 sebesar US$3,89 miliar. 

Adapun, realisasi kinerja ekspor dan impor Januari 2023 merupakan surplus beruntun dalam 33 bulan terakhir.

“Kondisi ekonomi yang membaik ini bisa menopang penguatan rupiah,” lanjut Ariston. 

Namun demikian, kata Ariston, secara historis, pergerakan rupiah sangat dipengaruhi oleh sentimen dari luar. Ekspektasi terhadap lanjutan kenaikan suku bunga acuan AS memberikan tekanan ke rupiah.

Data ekonomi AS yang juga menunjukan kondisi ekonomi yang masih bagus memberikan ruang bagi Bank Sentral AS untuk menaikan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi AS yang masih jauh di atas target 2 persen.

“Dalam jangka pendek tidak, tapi jangka menengah akan menopang penguatan rupiah kalau sentimen luar mereda,” imbuhnya.

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Selasa (14/2/2023) bahwa indeks harga konsumen AS, ukuran utama inflasi, naik 0,5 persen pada Januari dalam basis bulanan (mom), kenaikan terbesar dalam tiga bulan dan lebih tinggi dari 0,4 persen yang diharapkan oleh para ekonom.

Tingkat inflasi tahunan mencapai 6,4 persen pada Januari, turun sedikit dari 6,5 persen pada Desember dan lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 6,2 persen.

Simak pergerakan rupiah hari ini secara live.

15:01 WIB
Rupiah ditutup naik

Rupiah ditutup naik 47 poin atau 0,31 persen menjadi Rp15.159 per dolar AS.

Indeks dolar AS turun 0,36 persen ke level 103,553.

11:07 WIB
Rupiah naik saat dolar AS lesu

Pukul 11.00 WIB, rupiah naik 24 poin atau 0,16 persen menjadi Rp15.182 per dolar AS.

Indeks dolar AS terkoreksi 0,25 persen ke level 103,666.

09:05 WIB
Rupiah dibuka naik

Pukul 09.00 WIB, rupiah dibuka menguat 2,5 poin atau 0,02 persen menjadi Rp15.203,5 per dolar AS.

Indeks dolar AS turun 0,23 persen ke level 103,689.


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper