Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) diprediksi terimbas setelah perseroan melaporkan raihan laba bersih sebesar Rp5,36 triliun sepanjang 2022, turun 6,83 persen dibandingkan dengan capaian 2021 sebesar Rp5,75 triliun.
Penurunan laba bersih ini terjadi meskipun UNVR mampu membukukan pertumbuhan penjualan sebesar 4,2 persen dari Rp39,54 triliun pada 2021 menjadi Rp41,21 triliun sepanjang 2022.
Capaian kinerja UNVR pada 2022 sedikit meleset dari konsensus analis yang dihimpun oleh Bloomberg. Di sisi topline, misalnya UNVR diproyeksi mendulang penjualan bersih Rp41,78 triliun.
Sementara itu, capaian laba adjusted UNVR sebesar Rp5,64 triliun pada 2022, lebih rendah 8,67 persen dari estimasi analis yang menembus Rp6,18 triliun.
Dalam risetnya, analis Maybank Sekuritas Willy Goutama memangkas proyeksi penjualan UNVR menjadi Rp41,5 triliun pada 2022, dan Rp43,8 triliun pada tahun ini setelah memperhitungkan faktor mengetatnya persaingan di segmen beauty and personal care.
Pada semester II/2023, lanjutnya, dimulainya tahapan Pemilu dinilai bakal berdampak positif terhadap penjualan UNVR sejalan dengan kenaikan permintaan dan uang beredar. Selain itu, penurunan komoditas yang lebih cepat turut menguntungkan UNVR.
Baca Juga
Willy menyematkan rekomendasi hold untuk saham UNVR dengan target harga Rp4.750 per saham.
Di sisi lain, analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia mempertahankan rekomendasi jual untuk UNVR dengan target harga Rp4.400 per saham.
Rekomendasi itu berkaca pada penilaian bahwa UNVR mengalami penurunan pangsa pasar di sejumlah segmen akibat tingginya kompetisi dengan Wings Group, P&G, dan produsen berskala lebih kecil lain dalam 3 tahun terakhir.
Kondisi itu membuat rerata pertumbuhan tahunan (CAGR) penjualan UNVR tercatat hanya sebesar 1,4 persen pada 2017—2020 atau jauh di bawah posisi 12,6 persen pada 2010—2016.
“Kami meyakini kompetisi akan tetap berat untuk UNVR ke depan sejalan dengan tren konsumen yang cenderung melakukan downtrading dan downsizing,” paparnya dalam riset.
Penjualan di kuartal IV/2022 tercatat mencapai Rp9,67 triliun, terendah di antara kuartal-kuartal lainnya di tahun lalu. Meski demikian, angka tersebut lebih tinggi daripada penjualan kuartal IV/2021 yang kala itu berjumlah Rp9,52 triliun.
Segmen produk rumah tangga dan perawatan tubuh masih menjadi kontributor terbesar bagi pemasukan Unilever. Produk-produk di segmen ini menyumbang Rp27,25 triliun bagi pendapatan UNVR dan naik daripada 2021 sebesar Rp26,37 triliun.
Kenaikan penjualan juga diperlihatkan segmen makanan dan minuman yang berkontribusi sebesar Rp13,96 triliun atau tumbuh 6,02 persen dibandingkan dengan 2021 yang berjumlah Rp13,16 triliun.
Mengacu pada laporan keuangan UNVR 2022 yang belum diaudit, pertumbuhan penjualan juga diikuti dengan kenaikan sejumlah pos beban. Biaya produksi Unilever Indonesia meningkat 9,28 persen secara tahunan dari Rp17,93 triliun menjadi Rp19,59 triliun.
Beban pemasaran dan penjualan turut membengkak 7,45 persen year on year (YoY) menjadi Rp8,45 triliun. Namun kenaikan itu mayoritas disebabkan oleh melesatnya beban iklan dan riset yang mencapai 39,33 persen yoy menjadi Rp3,04 triliun.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti turut mengakui bahwa UNVR memutuskan untuk menaikkan belanja iklan pada 2022. Investasi belanja iklan pada 2022 meningkat lebih dari 30 persen jika dibandingkan dengan 2021 yang berada di angka Rp2,18 triliun dan Rp1,73 triliun untuk promosi.
“Upaya ini terbukti mampu meningkatkan daya saing brand-brand Unilever pada 2022. Sebagaimana tecermin dari total pangsa pasar yang lebih besar dibandingkankan dengan 2021 baik secara nilai maupun volume,” kata Ira.