Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oversubscribed Rp1,2 Triliun, Saham VAST Kok Tidak ARA Usai IPO?

Emiten pergudangan PT Vastland Indonesia Tbk (VAST) mengalami oversubscribed hingga Rp1,2 triliun selama IPO akan tetapi saham perseroan tidak mengalami ARA.
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari pertama perdagangan saham tahun 2023 di Jakarta, Senin (2/1/2023). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pergudangan PT Vastland Indonesia Tbk (VAST) mengalami oversubscribed hingga Rp1,2 triliun selama IPO akan tetapi saham perseroan tidak mengalami ARA usai resmi tercatat di bursa, Rabu (8/2/2023). Harganya bergerak volatil sesaat setelah pembukaan perdagangan.

Mengutip data BEI, saham bersandi VAST tersebut mencatat penurunan 3,07 persen pada pukul 09.06 WIB ke posisi 104 setelah dibuka di posisi 108.

Berdasarkan keterangan resmi VAST berhasil mencatatkan kelebihan pemesanan pada proses penawaran perdananya (IPO, Initial Public Offering). Dalam proses IPO perseroan menyampaikan total pemesanan lebih dar Rp1,2 Trilliun dari investor baik institusi maupun ritel yang berstatus lokal maupun internasional.

Menurut pihak manajemen, terjadinya oversubscribed terhadap pemesanan saham VAST saat IPO menunjukkan antusiasme investor yang tinggi karena VAST merupakan emiten yang bergerak di sektor pergudangan yang terlihat defensive terhadap pandemi.

"Ke depan, manajemen juga masih sangat bullish terhadap kinerja perseroan serta prospek sektor pergudangan Indonesia," ungkap Direktur Utama Vastland Vicky Vergilius Gunawan dalam keterangan resmi, Rabu (8/2/2023).

Dalam aksi korporasinya, VAST akan melepas 650 juta saham baru atas nama setara dengan 21 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Setiap 1 saham VAST dihargai Rp108 sehingga pendanaan yang diperoleh mencapai Rp70,2 miliar.

Sebagaimana diketahui Perseroan menjalankan usaha dengan konsep gudang built-to-suit yang bersifat kontrak jangka panjang (5-10 tahun), dan gudang general warehouse (kontrak 1-3 tahun). Hal ini menghasilkan kekebalan terhadap kinerjan perseroan pada saat masa pandemi, dengan adanya perkembangan pendapatan dari Rp17 miliar pada 2019, Rp19 miliar pada 2020, dan Rp22 miliar pada 2021.

Adapun, Net Leasable Area (NLA) Perseroan per September 2022 adalah sekitar 70.000 m2, di mana 44.000 m2 adalah gudang built-to-suit. Dengan tingkat occupancy yang sudah mencapai 96,65 persen pada September 2022, Perseroan targetkan penambahan NLA sebesar 7.700 m2 dan landbank sebesar 7.900 m2 setelah penawaran umum.

"Melihat antusiasme investor yang tinggi, ke depan aksi korporasi perseroan tidak hanya akan berhenti di penawaran perdana saja dan manajemen akan selalu mengedepankan sistem tata kelola perusahaan [Good Corporate Governance] yang baik dalam menjalankan perseroan," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper