Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah ditutup menguat ke Rp14.970 per dolar AS, seiring dengan pelemahan indeks dolar AS.
Mengutip data Bloomberg, Senin (30/1/2023), rupiah ditutup menguat 15,5 poin atau 0,10 persen ke Rp14.970 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS melemah 0,04 persen ke 101,88.
Sejalan dengan rupiah, nilai tukar dolar Taiwan juga menguat 0,88 persen, won Korea Selatan menguat 0,33 persen, yuan China menguat 0,64 persen, dan baht Thailand menguat 0,25 persen.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan dolar AS dipicu oleh sentimen serangkaian pertemuan bank sentral pekan ini.
“Ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang dovish dibandingkan dengan rekan-rekan yang lebih hawkish, dan Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga dan bahwa suku bunga tidak harus naik setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya,” jelas Ibrahim dalam riset, Senin (30/1/2023).
The Fed diperkirakan akan memberikan kenaikan suku bunga 25 basis poin (bps), atau penurunan dari kenaikan 50 bps dan 75 bps yang terlihat tahun lalu, sementara pengamat pasar mengatakan Bank of England dan Bank Sentral Eropa kemungkinan akan menaikkan suku bunga masing-masing sebesar 50 bps.
Baca Juga
Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) mengakui tetap waspada dan optimistis untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia dalam menghadapi gejolak global yang tidak menentu.
Pertumbuhan ekonomi pada 2023 diperkirakan di kisaran 4,5-5,3 persen, kemungkinan bisa mengarah ke 5 persen. Hal tersebut terjadi jika konsumsi masyarakat meningkat signifikan. Sedangkan inflasi inti pada semester pertama 2023 dipastikan berada di bawah 4 persen.
Kemudian, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) kembali ke dalam sasaran di bawah 4 persen pada semester II/2023. Dibandingkan dengan negara-negara didunia yang inflasinya masih tinggi.
Sejak 1 hingga 26 Januari 2023, tercatat aliran modal asing masuk bersih Rp48,08 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Hingga 17 Januari 2023, investasi portofolio mencatat arus masuk bersih (net inflow) sebesar 4,6 miliar dolar AS.
“Ini akan berdampak terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat. Hal itu karena seluruh faktor fundamental ekonomi memberikan justifikasi dasar untuk penguatan nilai tukar rupiah,” paparnya.
Sementara itu, perekonomian Indonesia 2022 bisa tumbuh dengan kisaran 4,5-5,3 persen, yang didukung oleh kinerja ekspor yang kuat dan konsumsi swasta yang meningkat. Ibrahim menilai capaian itu membanggakan dibandingkan dengan perekonomian global 2022 yang hanya tumbuh 3 persen.
Untuk perdagangan besok, Selasa (31/1/2023), Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp14.950 - Rp14.990 per dolar AS.