Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jurus BI Ampuh! Rupiah Dibuka Perkasa Rp14.975 per Dolar AS

Sejumlah mata uang juga terpantau menguat bersama rupiah seperti dolar Singapura menguat 0,02 persen, dan dolar Taiwan menguat 0,62 persen.
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di salah satu money changer, Jakarta, Sabtu (30/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah dibuka menguat pada perdagangan awal pekan, Senin (30/1/2023) bersama mayoritas mata uang Asia Pasifik. 

Berdasarakan data Bloomberg, rupiah dibuka hijau ke posisi Rp14.975 naik 0,07 persen sedangkan indeks dolar AS terpantau menguat di posisi 101.778 atau naik sebesar 0,04 persen.

Sejumlah mata uang juga terpantau menguat bersama rupiah seperti dolar Singapura menguat 0,02 persen, dolar Taiwan menguat 0,62 persen, won Korea menguat 0,23 persen, rupee India menguat 0,08 persen, yuan China menguat 0,60 persen, ringgit Malaysia menguat 0,13 persen dan bath Thailand menguat 0,11 persen.

Sementara itu peso Philipina terpantau melemah 0,13 persen dan yen Jepang melemah 0,28 persen.

Sebelumnya, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan untuk perdagangan hari ini, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada kisaran Rp14.970 - Rp15.030.

Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi 2023 bisa tumbuh di atas 5 persen sepanjang 2022 dan diperkirakan secara year-on-year (yoy) bisa mencapai angka 5,3 persen. Namun beberapa ekonom memprediksi pertumbuhan ekonomi indonesia tahun ini akan sedikit di bawah proyeksi pemerintah.

“Faktor pelemahan adalah perlambatan ekspor karena dampak potensi resesi ekonomi global. Selain itu, harga komoditas yang mulai alami moderasi dan konsumsi masyarakat. Namun para ekonom optimis pemulihan ekonomi tetap stabil karena masyarakat mulai bergerak akibat pembatasan sosial dicabut,” kata Ibrahim dalam riset harian, dikutip Senin (30/1/2023).

Pemulihan ekonomi dari dampak Covid-19 terus berlanjut, konsolidasi fiskal berjalan lebih cepat dari target perkiraan dengan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) telah kembali ke bawah 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) yakni 2,38 persen dari PDB.

“Untuk itu, agar perekonomian nasional semakin menggeliat maka pemerintah tetap menggelontorkan stimulus pada awal 2023, seperti relaksasi pajak, pembukaan kesempatan kerja yang lebih besar, dan kecepatan serapan belanja anggaran di pusat dan daerah,” lanjutnya.

Sementara itu, dolar menguat terhadap mata uang lainnya setelah data menunjukkan ekonomi AS mempertahankan laju pertumbuhan yang kuat pada kuartal IV-2022, mendukung kasus Federal Reserve AS untuk mempertahankan sikap hawkish lebih lama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Artha Adventy
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper