Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konstruksi grup Salim, PT Nusantara Infrastructure Tbk. (META) menargetkan pertumbuhan pendapatan sekitar 10 persen pada 2023. Sementara itu, META menargetkan laba bersih dapat tumbuh lebih dari 25 persen.
Head of Corporate Communications META Indah D.P. Pertiwi mengatakan perseroan menargetkan pertumbuhan laba bersih lebih dari 25 persen karena optimistis dengan kontribusi dari proyek Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB) dan proyek tol layang Mohamed Bin Zayed (MBZ).
“Perseroan mengestimasi dapat memperoleh pertumbuhan laba bersih di atas 25 persen diikarenakan kontribusi dari entitas asosiasi MBZ dan JLB diproyeksikan tumbuh lebih baik dari tahun sebelumnya,” ujar Indah kepada Bisnis, Minggu (22/1/2023).
Jalan Tol MBZ yang sepenuhnya merupakan jalan tol layang dengan panjang 38 kilometer di atas jalan tol Jakarta – Cikampek. Jalan Tol MBZ merupakan bagian dari Trans Jawa yang berfungsi sebagai pintu masuk atau keluar dari Jakarta ke Jawa Barat, Tengah dan Timur.
Volume lalu lintas Jalan Tol MBZ diklaim mencapai rata-rata 400.000 hingga 500.000 per hari sejak mulai beroperasi penuh pada 12 Desember 2019. Adapun tarif rata-rata dari MBZ berkisar Rp20.000 sampai Rp30.000.
META diperkirakan memperoleh pendapatan hingga Rp2,92 triliun dengan asumsi rata-rata kendaraan melintas mencapai 400.000 kendaraan dengan tarif Rp20.000 per kendaraan.
Baca Juga
Adapun, Jalan Tol MBZ merupakan proyek yang diakuisisi oleh META melalui PT Marga Utama Nusantara (MUN) dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk. (JSMR). META mengakuisisi 40 persen kepemilikan saham tol MBZ senilai Rp4,38 triliun.
Sementara itu, JLB merupakan pemegang konsesi ruas Kebon Jeruk - Penjaringan yang merupakan bagian dari jalan tol lingkar luar Jakarta atau Jakarta Outer Ringroad. META menggenggam 35 persen saham PT Jakarta Lingkar Baratsatu (JLB), sepanjang 9,7 km yang menghubungkan Kebon Jeruk.
Dengan kepemilikan 35 persen, JLB tercatat memiliki kontribusi laba bersih sebesar Rp100 miliar. JLB memiliki pendapatan Rp500 miliar, dengan EBITDA Rp400 miliar atau EBITDA margin 80 persen.