Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat di Wall Street ditutup jatuh pada akhir perdagangan Rabu (18/1/2023) waktu setempat setelah data ekonomi yang lemah menghidupkan kembali kekhawatiran atas prospek pertumbuhan laba emiten.
Berdasarkan data Bloomberg, Kamis (19/1/2023), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup anjlok 1,81 persen atau 613,89 ke 33.296,96, S&P 500 ambles 1,56 persen atau 62,11 poin ke 3.928,86, dan Nasdaq tergelincir 1,24 persen atau 138,10 poin ke 10.957,01.
S&P 500 mengalami penurunan terburuk dalam sebulan, sementara Nasdaq 100 yang padat saham teknologi menghentikan reli tujuh hari. Sebelumnya, saham menguat karena imbal hasil obligasi pemerintah AS jatuh karena taruhan data yang lemah akan mendorong Federal Reserve untuk menurunkan kebijakan pengetatan moneter. Namun, dua pejabat Fed berulang kali meminta kenaikan lebih lanjut bahkan setelah tanda-tanda bahwa ekonomi melemah dan inflasi mereda.
Menurut data ekonomi yang dirilis Rabu, harga produsen AS untuk Desemeber 2022 turun paling besar sejak dimulainya pandemi, dan penjualan eceran turun paling besar dalam setahun. Sementara itu, produksi peralatan bisnis merosot, dengan penurunan output pabrik mengakhiri kuartal terlemah untuk manufaktur sejak awal pandemi. Konsumen yang kehilangan tenaga dan investasi bisnis yang jatuh, semakin mengkhawatirkan ekonomi mungkin bergerak mendekati resesi.
Dalam berita korporat, Microsoft Corp. mengatakan berencana memangkas 10.000 pekerjaan. Perusahaan mengambil langkah-langkah untuk mengatasi prospek yang semakin suram. Bank of America Corp. mulai memberi tahu para eksekutif untuk menghentikan perekrutan kecuali untuk posisi paling vital. Perusahaan kripto Genesis Global Capital dikatakan menuju pengajuan kebangkrutan.
"Sementara aset berisiko memiliki awal yang positif hingga 2023, dengan investor didorong oleh tanda-tanda memudarnya inflasi dan pembukaan kembali yang cepat di China, tetap ada kemungkinan reli itu 'palsu', dan data ekonomi pada akhirnya akan mengecewakan," kata Mark Haefele, kepala investasi di UBS Global Wealth Management.
Baca Juga
Harga obligasi pemerintah AS naik melintasi kurva, dengan imbal hasil 10 tahun turun 18 basis poin menjadi 3,37 persen dalam perdagangan sore pada Rabu. Pasar uang meningkatkan taruhan pada pelonggaran kebijakan, bertaruh suku bunga Fed akan mencapai puncak tepat di bawah 4,9 persen, dibandingkan dengan kisaran saat ini di 4,25 persen.
Sementara harga pasar turun di tengah siklus kenaikan suku bunga, dua pejabat The Fed berulang kali meminta kenaikan suku bunga lebih banyak. Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan kebijakan hampir di wilayah terbatas tetapi tidak cukup.
“Kebijakan harus tetap berada di sisi yang lebih ketat pada tahun 2023," kata Bullard dalam wawancara online Wall Street Journal. Dia memperkirakan perkiraan untuk kisaran suku bunga 5,25 persen hingga 5,5 persen pada akhir tahun ini.
Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan Bank Sentral perlu terus berjalan, tetapi dia tidak mengatakan seberapa besar kenaikan suku bunga yang dia sukai ketika para pejabat akan menggelar pertemuan pada 31 Januari-1 Februari 2023.