Bisnis.com, JAKARTA – Konsumsi minyak mentah di China diprediksi akan mencapai rekor tahun ini karena importir terbesar dunia itu meninggalkan kebijakan zero Covid, sehingga memperkuat prospek permintaan global.
Mengutip Bloomberg, Jumat (13/1/2023), menurut estimasi dari 11 konsultan yang berfokus pada China yang disurvei oleh Bloomberg, permintaan minyak mentah harian di China, yang mengalami kontraksi tahun lalu, akan naik 800.000 barel per hari pada 2023. Kondisi itu akan membawa konsumsi secara total ke level tertinggi sepanjang masa sekitar 16 juta barel per hari.
Nasib minyak mentah selama tahun mendatang sebagian besar bergantung pada China, keputusan OPEC+, dampak sanksi terhadap aliran Rusia, dan arah kebijakan moneter bank sentral.
Penguatan harga minyak, yang jumlahnya banyak, telah membangun sebagian besar prospek mereka pada pertumbuhan permintaan China, Analis Jeffrey Currie dari Goldman Sachs Group Inc. mengatakan bahwa minyak mentah adalah permainan dari pembukaan kembali China yang terbaik.
“Pemulihan permintaan diperkirakan akan meningkat dari kuartal kedua dan seterusnya karena lalu lintas meningkat dan jumlah penerbangan, terutama penerbangan internasional, secara bertahap pulih,” kata Yitian Lin, rekan peneliti minyak dan kilang di Wood Mackenzie Ltd. Adapun, Lin memperkirakan permintaan harian akan meningkat 970.000 barel.
Pengamat pasar lainnya juga menandai prospek rebound tajam dalam konsumsi. Badan Energi Internasional memperkirakan bahwa permintaan global akan tumbuh sebesar 1,7 juta barel per hari pada 2023. Hal tersebut berkat ekspansi di China dan juga India.
Baca Juga
Minyak mentah Brent sempat diperdagangkan di atas US$83 per barel pada Jumat, turun jauh dari puncaknya mendekati US$140 setelah invasi Rusia ke Ukraina. Currie dari Goldman memperkirakan harga akan mencapai US$110 pada kuartal ketiga 2023. ING Group NV, dan UBS Group AG juga positif terhadap minyak.
Data pada Jumat menunjukkan bahwa impor minyak mentah China mencapai rekor untuk Desember 2022 karena pengiriman pada kuartal terakhir tahun lalu hampir seperlima lebih tinggi dari tiga bulan sebelumnya. Pada saat yang sama, pembeli dari China telah memasuki pasar di Amerika Utara, Afrika Barat, Laut Utara, dan Mediterania. Para pembeli mencari minyak untuk kedatangan pada Maret dan April 2023.
Rebound yang diharapkan kemungkinan akan dirasakan mulai kuartal berikutnya setelah gelombang awal Covid-19 mereda, dan karena mobilitas yang lebih besar mengangkat konsumsi bahan bakar transportasi, terutama bensin dan bahan bakar pesawat jet, bahkan permintaan petrokimia juga pulih.
“Permintaan kuartal kedua yang lebih kuat dari China dapat mengimbangi kelemahan musiman yang biasa terjadi pada minyak mentah yang datang dengan pemeliharaan kilang dan tidak adanya peningkatan permintaan musiman mengingat Januari yang lebih hangat dari rata-rata sejauh ini," tulis analis Energy Aspects Ltd. termasuk Amrita Sen dalam riset 9 Januari 2023.
Menurutnya peningkatan yang diharapkan bahkan dapat mengimbangi ekspor Rusia yang lebih rendah.
Namun, kondisi di depan kemungkinan tidak selalu mulus karena pembatasan yang cepat dan lonjakan mobilitas pada awalnya menyebabkan lonjakan infeksi. Kepala Analis Energi di SDIC Essence Futures Co. Gao Mingyu mengatakan, dengan melihat gelombang infeksi di tempat-tempat seperti Hong Kong dan Jepang, biasanya mobilitas akan mengalami lonjakan besar setelah gelombang pertama.