Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Goldman Sachs Ramal Harga Minyak US$110 per Barel pada Kuartal III/2023

Goldman Sachs Group Inc. memprediksi satu barel minyak Brent bisa mencapai US$110 pada kuartal ketiga 2023.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas terutama minyak mentah dipastikan akan bergantung pada pembukaan kembali lockdown di China setelah perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir Januari 2023.

Melansir Bloomberg, Kamis (12/1/2023), Head Commodities Research Goldman Sachs Group Inc. Jeff Currie mengatakan satu barel minyak Brent bisa mencapai US$110 pada kuartal ketiga 2023 jika China dan ekonomi Asia lainnya sepenuhnya dibuka kembali dari pembatasan virus corona.

“Apa dampak terbaik dari pembukaan kembali? Ini adalah minyak. Apa yang menganggur? Pesawat, kereta api, dan mobil. Anda mengaktifkan semuanya kembali, itu akan menjadi lonjakan besar dalam permintaan minyak,” kata Currie.

Selain minyak, kata Currie, komoditas tembaga yang minggu ini naik di atas US$9.000 per ton untuk pertama kalinya sejak Juni 2023, kemungkinan akan mencapai $11.500 per ton pada akhir tahun 2023. Dalam jangka panjang, tembaga bisa mencapai US$15.000 per ton, sejalan dengan proyeksi Grup Trafigura.

Adapun, hari ini harga West Texas Intermediate (WTI) naik menuju US$78 per barel setelah naik sekitar 6 persen selama lima sesi sebelumnya. Investor dengan cermat mengamati pembacaan indeks harga konsumen yang akan dirilis Kamis malam waktu AS. Rilis tersebut akan memberikan petunjuk tentang jalan ke depan untuk pengetatan moneter di ekonomi terbesar dunia itu.

Menambah nada bullish di pasar minyak adalah pembelian minyak mentah oleh China setelah Beijing mengeluarkan sejumlah besar kuota impor. Permintaan minyak di importir utama akan pulih setelah berakhirnya kebijakan zero Covid.

“Ada peningkatan optimisme seputar permintaan China Pasar fisik sedang diangkat secara aktif oleh pembeli China,” kata James Whistler, direktur pelaksana Vanir Global Markets Pte di Singapura.

Dorongan minyak yang lebih tinggi telah meningkat setelah awal tahun yang sulit di tengah kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global. Investor melihat lonjakan terbesar dalam stok minyak mentah AS sejak Februari 2021. Hal tersebut sebagian besar diantisipasi setelah cuaca dingin yang membuat sebagian besar kapasitas penyulingan Pantai Teluk AS menganggur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper