Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak melonjak sekitar tiga persen ke level tertinggi selama satu minggu pada akhir perdagangan Kamis pagi WIB.
Penguatan harga minyak didorong harapan prospek ekonomi global yang lebih baik dan kekhawatiran atas dampak sanksi terhadap produksi minyak mentah Rusia melebihi stok minyak mentah AS.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terangkat 3,05 persen menjadi US$77,41 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret bertambah 3,21 persen menjadi US$82,67 per barel di London ICE Futures Exchange.
Kedua harga acuan tersebut mencapai level tertinggi sejak 30 Desember, dengan WTI naik untuk hari kelima berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Oktober, dan Brent naik untuk hari ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Desember.
Ekuitas global naik di tengah harapan bahwa angka inflasi dan laba perusahaan AS yang akan dirilis pada Kamis akan menunjukkan ekonomi yang tangguh dan menghasilkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat.
Baca Juga
Jika inflasi datang di bawah ekspektasi, itu akan mendorong dolar lebih rendah, kata analis, yang dapat meningkatkan permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan target suku bunga untuk terakhir kalinya pada pertemuan kebijakan moneter 31 Januari-1 Februari, menaikkannya sebesar 50 basis poin (bps) ke kisaran 4,75 persen-5,00 persen, kata HSBC dalam sebuah catatan penelitian.
Sebagian besar optimisme pasar disematkan pada importir minyak utama China yang membuka kembali ekonominya, setelah berakhirnya pembatasan ketat COVID-19.
"Pedagang energi harus terbiasa melihat harga minyak naik lebih tinggi. Permintaan minyak akan kembali dan ekspektasi tinggi bahwa permintaan China akan meroket," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA dikutip dari Antara.
Penjualan kendaraan penumpang China secara keseluruhan diperkirakan naik 5,0 persen pada 2023, kata Presiden Volkswagen AG China Ralf Brandstaetter kepada media China.
Produksi industri China diperkirakan tumbuh 3,6 persen pada 2022 dari tahun sebelumnya, kata Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT), meskipun ada gangguan produksi dan logistik akibat pembatasan COVID-19.
Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah melonjak 19,0 juta barel pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar ketiga yang pernah ada dan terbesar sejak stok naik dengan rekor 21,6 juta barel pada Februari 2021.
Peningkatan minggu lalu terjadi, karena kilang lambat memulihkan produksi setelah pembekuan dingin menutup operasi pada akhir 2022.