Bisnis.com, JAKARTA - Persediaan minyak global akan meningkat selama dua tahun ke depan dengan lebih banyak produksi minyak global daripada konsumsi berdasarkan perkiraan Badan Informasi Energi AS (EIA).
Berlebihnya produksi akan berimbas pada harga minyak mentah yang akan terus turun dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek (STEO) Januari. Laporan tersebut memperkirakan bahwa produksi global bahan bakar cair akan mencapai rata-rata 102,8 juta barel per hari pada 2024, naik dari 100 juta barel per hari pada 2022, didorong oleh pertumbuhan besar dalam produksi non-OPEC.
Namun, ketidakpastian pasokan minyak Rusia akan tetap ada, terutama pada awal 2023, menurut laporan tersebut, memperkirakan konsumsi global bahan bakar cair akan meningkat dari rata-rata 99,4 juta barel per hari pada 2022 menjadi 102,2 juta barel per hari pada 2024.
EIA mengatakan bahwa kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang kondisi ekonomi global serta pelonggaran pembatasan COVID-19 di China meningkatkan ketidakpastian dari hasil perkiraan permintaannya.
Adapun harga minyak mentah, harga minyak mentah Brent diperkirakan rata-rata US$83 per barel pada 2023, turun 18 persen dari 2022, dan terus turun menjadi US$78 per barel pada 2024 karena persediaan minyak global bertambah, menekan turun harga minyak mentah.
Harga bensin juga akan turun karena margin penyulingan grosir dan harga minyak mentah turun, kata laporan itu, memperkirakan margin penyulingan bensin AS turun 29 persen pada 2023 dan 14 persen pada 2024, menyebabkan harga bensin eceran rata-rata sekitar US$3,30 dolar AS per galon pada 2023 dan 3,10 dolar AS per galon pada 2024.
Baca Juga
Margin penyulingan AS untuk solar diperkirakan turun sebesar 20 persen pada 2023 dan sebesar 38 persen pada 2024. EIA memperkirakan harga solar eceran rata-rata sekitar 4,20 dolar AS per galon pada 2023, turun 16 persen dari 2022, dan terus turun pada 2024, rata-rata mendekati 3,70 dolar AS per galon.
Dalam perkiraan EIA, rata-rata harga spot gas alam Henry Hub sedikit kurang dari US$5 per juta unit termal Inggris (MMBtu) pada 2023, merosot hampir 25 persen dari tahun lalu, karena konsumsi domestik menurun dan ekspor gas alam cair (LNG) tetap relatif datar.
Pada 2024, harga gas alam akan kembali rata-rata sedikit di bawah 5 dolar AS per MMBtu, karena produksi gas alam kering melebihi peningkatan ekspor LNG yang dihasilkan dari peningkatan kapasitas ekspor LNG.
Laporan tersebut memperkirakan produksi gas alam AS di wilayah Permian dan Haynesville akan meningkat dengan selesainya perluasan infrastruktur pipa pada 2023 dan 2024.
EIA juga memperkirakan bahwa pangsa pembangkit listrik AS dari batu bara akan turun dari 20 persen pada 2022 menjadi 18 persen pada 2023 dan 17 persen pada 2024. Sebagai kompensasi, pangsa pembangkit listrik tenaga surya dan angin skala utilitas gabungan akan melonjak dari 16 persen pada 2023 menjadi 18 persen pada 2024.