Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Setelah Westrong, Emiten Kiki Barki (HRUM) Aktif Cari Tambang Nikel Lain

Harum Energy (HRUM) terus menjajaki peluang investasi pada tambang bijih nikel baru untuk memperluas sumber daya yang ada.
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy
Kegiatan operasional di tambang batu bara yang dikelola oleh PT Harum Energy Tbk./harumenergy

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten tambang milik konglomerat Kiki Barki PT Harum Energy Tbk. (HRUM) menyampaikan akan terus mencari investasi baru, baik di hulu dan hilir sektor nikel.

Direktur Utama Harum Energy Ray Antonio Gunara mengatakan investasi-investasi baru Harum Energy di sektor nikel merupakan strategi utama emiten berkode saham HRUM ini untuk terus mengembangkan kapasitas produksi nikelnya secara berkelanjutan dan meningkatkan nilai tambah.

"Kami akan terus menjajaki peluang investasi pada tambang bijih nikel baru untuk memperluas sumber daya yang ada," kata Ray kepada Bisnis, Senin (9/1/2023).

Dia melanjutkan, pada saat yang sama, HRUM akan terus bekerja sama dalam mengembangkan kapasitas pengolahan nikel lebih jauh ke sektor hilir, untuk meningkatkan nilai tambah.

Seperti diketahui, pada 2022 lalu HRUM melalui anak usahanya PT Harum Nickel Industry (HNI) mengakuisisi 250.000 saham baru PT Westrong Metal Industry (WMI), atau yang mewakili 20 persen dari modal ditempatkan dan disetor WMI dengan harga US$75 juta.

WMI bergerak dalam bidang pemurnian nikel atau smelter. Nantinya, smelter WMI akan memiliki kapasitas produksi tahunan antara 44.000-56.000 ton nikel dalam bentuk feronikel atau nickel pig ore.

Selain WMI, akhir tahun 2021 HRUM juga diketahui melakukan investasi di PT Infei Metal Industry (IMI) sebanyak US$24,44 juta untuk menambah kepemilikan saham di IMI. Sebelumnya, HRUM menggelontorkan US$69 juta untuk mengakuisisi IMI pada awal 2021.

Ray menjelaskan, smelter nikel IMI diharapkan akan beroperasi penuh sepanjang tahun 2023. Sementara itu, smelter WMI ditargetkan baru mulai beroperasi secara bertahap di kuartal keempat tahun ini.

"Kontribusi dari kedua smelter ini terhadap laba perusahaan tahun ini diproyeksikan lebih besar dibandingkan dari tahun 2022, tetapi tergantung kepada harga komoditas yang berlaku," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper