Bisnis.com, JAKARTA — Emiten baja PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (KRAS) tengah berupaya untuk melakukan pemangkasan utang Tranche B senilai US$524 juta atau setara Rp8,2 triliun (kurs Jisdor Rp15.731 per dolar AS) melalui divestasi dua anak usahanya yakni PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI).
Sebagaimana diketahui utang Trance B tersebut pada mulanya harus dibayarkan pada 2022 yang lalu. Namun kemudian pihak Krakatau Steel melakukan negosiasi pembayaran utang untuk diperpanjang sampai akhir 2023. Pembayaran utang tersebut diperpanjang karena dalam prosesnya, KRAS harus menyiapkan dana untuk melunasi utang senilai US$524 juta itu.
"Kami memang minta perpanjangan untuk Tranche B dilunasi dari 2022, menjadi 2023," Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim dalam paparan publik Krakatau Steel, Jumat (30/12/2022).
Dia merinci dana pelunasan utang KRAS tersebut akan berasal dari berbagai macam sumber, yakni US$120 juta berasal dari internal, dan US$200 juta berasal dari divestasi tiga anak usaha yakni Krakatau Daya Listrik (KDL) sebesar 70 persen, Krakatau Tirta Industri (KTI) sebesar 49 persen, dan Krakatau Bandar Samudera sampai 49 persen.
Lalu sekuritisasi aset US$70 juta, cash lap US$100 juta, dan sisanya akan berasal dari kas internal.
"Jadi kami selaku manajemen optimistis US$524 juta utang Tranche B akan selesai dilunasi di 2023," ucapnya.
Baca Juga
Hingga akhirnya Krakatau Steel melalui anak usahanya PT Krakatau Sarana Infrastruktur (KSI) merealisasikan rencana divestasi dua anak usahanya, yakni PT Krakatau Daya Listrik (KDL) dan PT Krakatau Tirta Industri (KTI) senilai Rp3,24 triliun ke PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA).
KSI menandatangani Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat atau Conditional Shares Sale and Purchase Agreement (CSPA) dengan TPIA, yang diikuti dengan Perjanjian Shareholders Agreement (SHA) pada Selasa (3/1/2023).
Direktur Utama PT KSI Agus Nizar Vidiansyah menyampaikan penandatanganan CSPA dan SHA tersebut merupakan rangkaian dari proses divestasi saham KSI pada KDL dan KTI.
Dalam CSPA ini, disepakati rencana pembelian saham KSI di KDL oleh Chandra Asri sebesar 70 persen dan saham KSI di KTI oleh Chandra Asri sebesar 49 persen, dengan nilai total sebesar Rp3,24 triliun.
Agus menjelaskan, pembelian saham tersebut akan dilakukan setelah masing-masing pihak, baik KSI maupun TPIA telah memenuhi kondisi prasyarat sesuai dengan yang telah disepakati dalam CSPA.
"Sedangkan penandatanganan SHA adalah merupakan salah satu dari beberapa prasyarat yang perlu dipenuhi dalam CSPA. Oleh karenanya SHA tersebut belum menjadi efektif saat ini dan baru akan efektif setelah seluruh prasyarat telah terpenuhi, yaitu pada tanggal penutupan nanti,” kata Agus dalam keterangannya, Selasa (3/1/2023).
Lebih lanjut, Agus menyampaikan proses divestasi anak usaha KSI dilakukan untuk keperluan pemenuhan kewajiban Krakatau Steel, sesuai dengan Perjanjian Kredit Restrukturisasi dengan kreditur. Divestasi ini juga dilakukan untuk mewujudkan sinergi bisnis antara Chandra Asri dan Krakatau Steel Grup.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra menyampaikan Chandra Asri sangat antusias untuk mengeksekusi strategi programmatic M&A untuk memposisikan Chandra Asri pada pertumbuhan bisnis yang menguntungkan dan berkelanjutan.
“Akuisisi bolt-on ini didukung dengan arus kas yang stabil dan tangguh serta dukungan dari bank untuk pendanaan Chandra Asri," Ujar Erwin.
Erwin melanjutkan, strategi ini semakin meningkatkan fundamental bisnis TPIA dan membuka banyak sinergi menarik, antara lain untuk diversifikasi pendapatan dalam utilitas pendukung, serta selaras dengan rencana ekspansi kompleks petrokimia kedua dan industri hilir berskala dunia.
Erwin menambahkan pihaknya berharap kerja sama antara Chandra Asri dengan KSI maupun dengan Krakatau Steel Group dapat terjalin lebih baik dan saling menguatkan pengembangan industri ke depannya.
Silmy melanjutkan, dengan KRAS membayar utang US$524 juta, otomatis utang tersisa pada Krakatau Steel akan turun secara signifikan.
Sebelumnya, Silmy memproyeksikan baru dapat melunasi sisa utang senilai US$1,7 miliar atau setara Rp26,7 triliun selama 17 tahun. Dia menuturkan KRAS telah membayar utang sebesar US$487 juta atau sekitar Rp7 triliun, dan telah membayar bunga tahunan.
"Sehingga kami bersyukur proses restrukturisasi dan transformasi, walaupun masih belum bisa menyelesaikan total utang yang begitu besar, tapi sudah on the right track karena sudah membayar sekitar 7,5 triliun, dari awal US$2,2 miliar, menjadi sekitar US$1,7 miliar," ujarnya.