Bisnis.com, JAKARTA — Saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) terkena auto reject bawah (ARB) selama tiga hari beruntun pada hari terakhir periode lock-up pada Rabu (30/11/2022). Mampukah saham raksasa teknologi itu kembali ke level IPO?
Saham GOTO melemah 6,79 persen atau menyentuh auto reject bawah (ARB) ke level Rp151 per saham. Ini adalah level terendah sejak ditawarkan ke publik untuk pertama kali di harga Rp388 per saham pada April 2022. Artinya, harga saham GOTO telah turun 61,08 persen sejak initial public offering (IPO).
Koreksi saham GOTO menjadi salah satu pemberat sektor teknologi. Pada penutupan perdagangan, indeks sektor teknologi melemah 1,81 persen, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 69,24 poin atau 0,99 persen ke label 7.081,31.
Terlepas dari pelemahan ini, sebelas dari 20 analis dalam konsensus Bloomberg yang mengkover GOTO menyematkan pandangan beli, empat analis memberikan rekomendasi tahan, dan sisanya lima analis menyematkan rekomendasi jual.
Target harga rata-rata yang untuk saham GOTO dalam 12 bulan ke depan dipatok Rp292,88 per saham, 94 persen lebih tinggi daripada harga terakhir pada penutupan perdagangan hari ini.
Bagaimanapun, target harga rata-rata dalam 12 bulan ke depan itu tetap lebih rendah dari harga saham GOTO saat IPO. Research Analyst Deutsche Bank AG Reena Verma Bhasin dalam risetnya turut merekomendasikan buy saham GOTO, tetapi dengan target harga 12 bulan yang lebih rendah dari rata-rata yakni Rp250 per saham.
Baca Juga
Bhasin menyebutkan kinerja GOTO di kuartal III/2022 lebih baik dari ekspektasi, didorong oleh bisnis on-demand akibat take-rate yang lebih kuat dan promosi yang lebih rendah. GOTO juga memutuskan untuk menetapkan acuan belanja operasional baru di tengah biaya beban pekerja dan overhead yang lebih rendah.
Namun, pertumbuhan e-commerce cenderung lemah dan pemulihan diperkirakan tak terjadi dalam waktu dekat. Mengacu pada Hal tersebut, Deutsche Bank memperkirakan rugi GOTO akan lebih kecil ke depannya.
“Target harga kami tidak berubah di Rp250 per saham. Kami tetap merekomendasikan beli di tengah ekspektasi kinerja bottom line yang lebih baik dan berkurangnya kekhawatiran pembiayaan eksternal,” tulis Bhasin.