Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Indeks Dolar AS Perkasa, Rupiah Ditutup Melemah

Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Senin (14/11/2022). Pergerakan nilai tukar rupiah dipengaruhi oleh neraca dagang.
Lorenzo Anugrah Mahardhika
Lorenzo Anugrah Mahardhika - Bisnis.com 14 November 2022  |  15:30 WIB
Indeks Dolar AS Perkasa, Rupiah Ditutup Melemah
Karyawan melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (10/11/2022). Bisnis - Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah pada perdagangan Senin (14/11/2022).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengakhiri perdagangan dengan pelemahan sebesar 0,16 persen atau 24,5 poin ke Rp15.519,50 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau naik 0,42 persen ke 106,73.

Di tengah pelemahan rupiah, mata uang di kawasan Asia bergerak bervariasi. Mata uang yen Jepang melemah 0,46 persen, won Korea Selatan terkoreksi 0,58 persen, dan peso Filipina melemah  0,03 persen.

Sementara itu, ringgit Malaysia terpantau menguat 0,74 persen, yuan China naik 0,87 persen, dan baht Thailand menguat 0,57 persen.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan, pergerakan nilai tukar rupiah pada hari ini dipengaruhi oleh neraca dagang Indonesia bulan Oktober 2022 yang diperkirakan masih surplus, meskipun nilainya bisa lebih kecil dari bulan September 2022.

Proyeksi neraca dagang surplus ini lantaran sejumlah harga komoditas utama penyumbang ekspor Indonesia masih mengalami kenaikan, terutama komoditas sumber daya alam dan pertambangan.

Para ekonom memperkirakan, surplus neraca perdagangan pada Oktober 2022 sebesar US$4,90 miliar. Meski masih mencatat surplus, nilai ini sedikit lebih rendah dari realisasi angka September 2022 yang sebesar US$4,99 miliar.

“Dengan demikian Indonesia mengalami surplus selama 30 bulan berturut-turut sejak bulan Mei 2020,” jelas Ibrahim dalam risetnya, Senin (14/11/2022).

Lebih lanjut surplus neraca perdagangan diramal akan melandai hingga akhir tahun 2022, seiring tren penurunan harga komoditas ekspor utama Indonesia, seperti besi dan baja, crude palm oil (CPO), dan batubara.

Sementara itu, dari luar negeri, indeks dolar AS terpantau stabil pada hari Senin setelah Gubernur Federal Reserve Christopher Waller mengatakan bank sentral tidak melunakkan perjuangannya melawan inflasi, yang membuat beberapa investor berpikir bahwa aksi jual tajam minggu lalu mungkin berlebihan.

Data inflasi yang sedikit lebih rendah dari yang diantisipasi pada hari Kamis membuat greenback berputar-putar, dengan indeks dolar tergelincir 4 persen untuk minggu ini, pekan terburuk dalam lebih dari dua setengah tahun.

Sementara itu, pasar ekuitas global melonjak karena investor masuk ke aset berisiko di tengah harapan bahwa puncak inflasi berarti kenaikan suku bunga yang kurang agresif dari Fed.

Adapun, untuk perdagangan besok, Ibrahim memprediksi nilai tukar rupiah dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp15.500 - Rp15.550.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

Gonjang Ganjing Rupiah dolar as crude palm oil
Editor : Ibad Durrohman

Artikel Terkait



Berita Terkini

Terpopuler

Banner E-paper
back to top To top