Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Aa Gym Elzatta (ZATA) dan Ketrosden (KETR) Masuk Bursa Hari Ini, Bisa ARA?

PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA) dan PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR) akan tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini.
PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA) dan PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR) akan tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini.
PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA) dan PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR) akan tercatat di Bursa Efek Indonesia hari ini.

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan dua emiten baru hari ini, Kamis (10/11/2022), yakni perusahaan busana muslim dengan komisaris Aa Gym, PT Bersama Zatta Jaya Tbk. (ZATA) dan perusahaan infrastruktur telekomunikasi PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR).

Berdasarkan data BEI, ZATA dan KETR akan menjadi perusahaan tercatat ke-53 dan ke-54 di BEI sepanjang tahun 2022.

ZATA, dengan Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym sebagai salah satu komisarisnya, menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp100 per saham.

ZATA melepas sebanyak-banyaknya 1,7 miliar saham atau 20,01 persen dari modal disetor dan ditempatkan dalam IPO ini. Dengan nilai dan jumlah saham yang dilepas tersebut, ZATA meraup dana hingga Rp170 miliar.

Berdasarkan lama resmi e-IPO, tanggal penawaran umum saham, pemegang merek Elzatta Hijab ini akan berlangsung selama enam hari, yakni mulai dari 2 November hingga 8 November 2022. Setelah itu, ZATA akan melakukan pencatatan saham di BEI pada 10 November 2022.

Manajemen ZATA dalam prospektusnya menjelaskan sekitar 5,91 dana hasil penawaran umum akan digunakan untuk membayar seluruh kewajiban keuangan ZATA dengan fasilitas kredit modal kerja pinjaman tetap reguler revolving dengan PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO).

Lalu, sekitar 7,49 persen akan digunakan untuk membayar seluruh kewajiban fasilitas kredit modal kerja pinjaman tetap angsuran non-revolving dengan AGRO.

Kemudian, sekitar 17,38 persen akan dilakukan untuk penyetoran modal kerja kepada PT Bersama Dauky Mulya, yang selanjutnya sebanyak 6,34 persen untuk penyewaan toko baru, 3,8 persen untuk renovasi 7 toko baru, dan 7,24 persen untuk modal kerja.

Lebih lanjut, sisanya sekitar 69,22 persen akan dilakukan untuk penyetoran modal kepada PT Bersama Zatta Mulya yang  sebanyak 23,53 persen digunakan untuk penyewaan toko baru, 14,12 persen untuk renovasi sebanyak 26 toko baru, dan sisanya untuk modal kerja.

Adapun saat ini, saham ZATA digenggam oleh PT Lembur Sadaya Investama (LSI) yang merupakan pengendali sebanyak 91,2 persen, Elidawati sebanyak 5,7 persen, Sukaesih 1,3 persen, Henda Roshenda Noor 0,9 persen, dan Eva Hanura Luziani 0,9 persen.

LSI dimiliki oleh Asep Sulaeman Sabanda dan Fina Nuryanti melalui PT Sabanda Karunia Lestari. Asep Sulaeman Sabanda merupakan pendiri dan pimpinan Pondok Pesantren Al-Ihya di Subang, Jawa Barat.

Sebelumnya, Asep sudah membawa salah satu perusahaannya yang bergerak di bidang pengolahan kelapa dan produk turunannya, PT Indo Pureco Pratama Tbk. (IPPE) melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 9 Desember 2021. Asep mengendalikan IPPE melalui LSI.

Sementara itu, perusahaan yang bergerak di sektor infrastruktur kabel serat optik, PT Ketrosden Triasmitra Tbk. (KETR) juga siap listing di BEI hari ini.

Dalam IPO, KETR melepas 426,2 juta saham atau 15 persen dari total saham dicatatkan dengan harga Rp300 per saham sehingga berpotensi meraih dana IPO Rp127,86 miliar.

Ketrosden mulai beroperasi sejak 2014 dengan kegiatan usaha infrastruktur jaringan telekomunikasi, jasa pemeliharaan dan pengelolaan kabel komunikasi, dan menjual sistem komunikasi kabel serat optik laut dan terestrial (darat).

Di BEI, KETR tercatat di sektor infrastruktur, dengan bidang usaha di Pembangunan, penjualan dan pemeliharaan jaringan telekomunikasi kabel serat optik.

Dana yang didapatkan dari IPO sekitar 10 persen akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasional proyek untuk segmen bisnis developer, kontraktor serta jasa pemeliharaan dan pengelolaan jaringan telekomunikasi sehingga menghasilkan suatu progres. Sisanya 90 persen akan digunakan untuk sebagai tambahan modal Anak Perusahaan, PT TMI.

Perseroan juga mengadakan program Management Stock Option Plan (MSOP) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 10 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan saat ini atau sebanyak-banyaknya 241.506.200 saham.

AUTO REJECTION

Kedatangan emiten baru listing di BEI kerap disambut meriah oleh investor. Bahkan, sejumlah saham mentok batas atas dan mengalami auto rejection atas (ARA) karena membludaknya peminat.

Auto Rejection merupakan pembatasan minimum dan maksimum kenaikan dan penurunan harga saham dalam jangka waktu satu hari perdagangan di bursa. Auto rejection diterapkan untuk memastikan perdagangan saham berjalan dalam kondisi wajar.

Jika saham berfluktuasi dengan harga tinggi dan menembus batas atas atau bawah, sistem bursa akan menolak 'order' secara otomatis yang ditetapkan oleh BEI. Batas tersebut yang dinamakan auto reject atas dan bawah.

Sebuah saham yang terus menerus mengalami kenaikan, akan dikategorikan ARA. Batasan auto rejection yang berlaku selama pandemi saat ini yakni rentang harga Rp50-Rp200 berlaku ARA 35 persen, lalu rentang harga lebih dari Rp200-Rp5.000 berlaku ARA 25 persen, dan rentang di atas Rp5.000 berlaku ARA 20 persen.

Sementara itu, sejak pandemi, batas ARB diubah menjadi 7 persen untuk ketiga rentang saham tersebut atau auto reject asimetris. Hal ini untuk menahan penurunan harga saham dan IHSG secara signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper