Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak enam calon perusahaan tercatat telah mengeluarkan harga final penawaran umum sahamnya dengan rentang Rp100-Rp900 per saham hingga Senin (1/11/2022). Analis memandang prospek penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) masih menarik hingga akhir tahun 2022, bahkan hingga kuartal II/2023.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan sejauh ini IPO merupakan salah satu langkah alternatif pendanaan untuk bisa mendapatkan dana murah di pasar.
"Apalagi, seperti yang kita ketahui, kenaikan tingkat suku bunga akan membuat perusahaan korporasi mengurangi penerbitan obligasi dan pinjaman perbankan," kata Nico kepada Bisnis, Selasa (1/11/2022)
Menurutnya, hal ini membuat IPO menjadi salah satu langkah strategis yang diambil oleh korporasi. Oleh sebab itu, lanjutnya, di tengah situasi dan kondisi yang ada ada saat ini, Nico memperkirakan hingga kuartal II/2023 IPO masih akan menarik selama bisnis perusahaan tersebut bagus, dan memiliki prospek yang positif.
Dia mencontohkan, salah satu perusahaan yang tengah melakukan IPO, yakni PT Global Digital Niaga Tbk. (BELI) atau Blibli mengalami oversubscribe 1,6 kali saat book building.
Nico melihat prospek IPO BELI masih akan baik, meskipun secara nominal masih lebih mahal jika dibandingkan IPO GOTO sebelumnya.
Baca Juga
"Namun, secara valuasi kami lihat cukup murah di mana EV/Sales 4x dengan proyeksi pendapatan sebesar Rp12,6 triliun pada perkiraan tahun penuh 2022. Rugi yang dibukukan BELI pun tidak sebesar GOTO dan BUKA," ujar dia.
Selain itu, BEI juga mencatat ada beberapa emiten yang tengah mengantre untuk IPO. Sampai dengan 31 Oktober 2022, terdapat 45 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI, dengan perincian sektornya adalah sebagai berikut:
• 1 Perusahaan dari sektor Basic Materials.
• 3 Perusahaan dari sektor Industrials.
• 5 Perusahaan dari sektor Transportation & Logistic.
• 4 Perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals.
• 9 Perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals.
• 6 Perusahaan dari sektor Technology.
• 6 Perusahaan dari sektor Healthcare.
• 3 Perusahaan dari sektor Energy.
• 2 Perusahaan dari sektor Financials.
• 4 Perusahaan dari sektor Properties & Real Estate.
• 2 Perusahaan dari sektor Infrastructures.