Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengukur Prospek Jangka Panjang Blibli (BELI) soal Utang & Pendapatan

Segmen ritel Blibli yang menjadi pendorong pendapatan perusahaan diproyeksi akan mengalami peningkatan pangsa pasar menjadi 36 persen pada 2025.
Ardhito Pramono, musisi yang juga duta merek Blibli. /Blibli
Ardhito Pramono, musisi yang juga duta merek Blibli. /Blibli

Bisnis.com, JAKARTA – Penawaran Perdana Saham (Initial Public Offering /IPO) perusahaan e-commerce PT Global Digital Niaga. Tbk (BELI) atau Blibli.com dinilai masih menarik menjaring investor ritel secara jangka panjang. 

Direktur PT Indovestama Utama Mandiri Rivan Kurniawan menyebutkan jika saham BELI nantinya akan menarik jika dilihat dalam jangka panjang sama seperti emiten teknologi lainnya.

Prospek pertumbuhan e-commerce juga masih menjanjikan, di mana pertumbuhan pertahun diproyeksi akan mengalami peningkatan 23,6 persen antara tahun 2020-2025. Segmen ritel Blibli yang menjadi pendorong pendapatan perusahaan diproyeksi akan mengalami peningkatan pangsa pasar menjadi 36 persen pada 2025, dibanding 20 persen pada 2020.

Penjualan online sektor retail juga diproyeksi mengalami peningkatan sebesar 59 persen pada 2025. Blibli pun mengembangkan layanan investasi digital yang bermitra dengan Bibit sebagai platform reksadana online nomor 1 di Indonesia. Langkah ini dapat berdampak positif untuk pertumbuhan Blibli seiring meningkatnya keinginan investasi masyarakat usai pandemi Covid-19.

“Akan tetapi, sentimen dari perusahaan teknologi di tahun 2022 ini secara keseluruhan belum begitu baik. Di mana sejumlah saham teknologi mengalami penurunan harga baik di market dalam negeri maupun di luar negeri. Sehingga mungkin appetite masyarakat terhadap IPO Blibli mungkin tidak sebesar IPO saham teknologi di tahun sebelumnya,” katanya kepada Bisnis, Senin (17/10/2022).

Terkait kinerja keuangan Blibli ke depan, lanjutnya, sisi debt to equity ratio yang mencapai 1,07x, dengan utang tersebut didominasi oleh utang berbunga yang berasal dari utang bank. Dana IPO yang nantinya digunakan untuk pembayaran utang akan berdampak positif bagi Blibli.

“Positif bagi keuangan Blibli ke depan, karena dengan potensi peningkatan suku bunga yang akan terus meningkat nantinya hal ini tidak akan terlalu membebani keuangan Blibli dari segi pembayaran bunganya. Sehingga potensi keuangan kerugian perusahaan lebih dapat ditekan,” lanjutnya.

Sedangkan secara valuasi, proyeksi memang tidak bisa diukur dari segi price to earnings ratio (PER) atau EV/EBITDA, karena BliBli masih merugi. Namun dapat menggunakan indikator lain, seperti price to sales ratio (PSR). Adapun PSR IPO Blibli dinilai ada di kisaran 3,8x–4,3x, mengindikasikan valuasi IPO BliBli juga tidak bisa dikatakan murah.

BELI akan melepas 17,77 miliar saham dengan nilai nominal Rp 250 per saham. Adapun berdasarkan prospektus, Senin (17/10/2022), rentang harga penawaran ada di Rp 410-Rp 460 per saham. Artinya, Blibli.com bakal meraup dana segar antara Rp 7,28 triliun hingga Rp 8,17 triliun.

Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Artha
Editor : Farid Firdaus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper